Di suatu sore disebuah rumah makan yang terletak dipusat kota Jakarta,
terlihat olivia sedang duduk menyantap makanannya. Tanpa disadarinya
terlihat juga sepasang mata memperhatikannya dari sebuah kursi yang tak
jauh dari tempat duduknya.
’’eh Glen,disini juga.’’ Sapa olivia saat tersadar ada glen didekatnya.
‘’iya, boleh aku duduk disitu?’’ jawab glen
‘’kenapa tidak…’’ sahut olivia.
Mereka pun mengobrol dan terciptalah keakraban diantara mereka,padahal
selama 2 tahun ini mereka satu sekolahan,tapi mereka jarang sekali
bertegur sapa, dan entah kenapa hari iitu dlen dan olivia terlihat akrab.
‘’besok weekend ya.. kamu ada planing kemana?” Tanya glen.
“gak ada rencana sih mau kemana. Ya paling jalan sama teman-teman” jawab olivia.
Obrolan itu terhenti saat glen menerima telepon, dan dia pamit untuk
pulang lebih dulu karena mendapat panggilan untuk menjemput adiknya.
Selepas glen pergi tinggallah olivia duduk sendiri lagi.
“ bosen ah, mendingan aku online dech.”gumam olivia sambil membuka akun facebooknya.
olivia meng-update status yang bertuliskan lirik sebuah lagu yang baru saja didengarnya.
“bodohnya diriku selalu menunggumu yang tak pernah untuk bisa mencintai aku.”
Beberapa saat setelah menulis status itu,mampir sebuah pemberitahuan bahwa Sisil, sahabat dekat olivia mengomentari statusnya.
“siapa sih ka? Kayaknya lagi mendam rasa ‘ma seseorang ya,, cerita dong..”
olivia memang tidak pernah menceritakan kepada siapapun bahwa selama ini
dia sedang menyimpan rasa pada seseorang. Hanya diari mungilnya yang
menjadi saksi bisu gundah gulana hatinya. Dia berusaha mengelak dari
pertanyaan Sisil.
“gak kok,itu cuma lirik lagu aja…” jawab olivia.
Memang sudah lama olivia memperhatikan Vino,teman satu sekolahannya,
namun tak ada keberanian untuk mengatakannya. Mereka hanya bisa
mengobrol seperti teman biasa, dan olivia risih jika harus berhadapan
dengan Vino,karena dia harus menutupi rasa gugupnya.
***
“hai Vin,,ujan-ujan gini mau pulang?” Tanya olivia saat bertemu Vino di parkiran sekolah.
“nunggu ujan sih lama, ujan kayak gini biasanya awet loh..” sahut Vino ramah.
“oh,ya udah..hati-hati ya,,,” pesan olivia.
Senyum mengembang di bibirnya karena baru saja berpapasan dengan pujaan
hati tercinta. Sesampainya dirumah, olive masih saja teringat wajah Vino
tadi,tiba-tiba dering handphone membuyarkan lamunannya. Satu pesan dari
Rian, teman satu sekolahannya.
“hai Ka..lag ngapain? udah makan belum?” begitulah isi sms tersebut.
“ngapain lagi Rian nhi sms,,gak kapok-kapok juga apa.” Batin olivia kesal.
Begitulah Rian, selalu membuat Olivia risih dengan sikapnya. Selalu sms
gak jelas,gak penting pula. Kalau mereka ketemu, pati selalu saja ada
kejahilan yang dibuat Rian kepada olivia. Olivia sering dibuat kesal
dengan sikap Rian terhadapnya yang dia sendiri tidak tahu apa maksud dan
tujuan dari Rian bersikap seperti itu.
“mending aku mikirin Vino. Andai saja Vino yang sms. Aminnnnn,,”gumam olivia.
Lagi-lagi Riska meng-update status facebok-nya yang bernada sedih.
“oh mungkin aku bermimpi menginginkan dirimu….” Begitulah lirik lagu yang menjadi status facebooknya.
“aduh..ngapain sih mikirin Vino lagi,gak bisa berhenti bentar aja
kenapa. Kalau bisa jangan berharap lebih deh sama dia,,lupain aja
perasaan ini. Lagian dia juga gak bakalan tau perassan aku kalau aku gak
ngasih tau ke dia,kalau aku cuma diem aja. Lagian ternyata susah juga
nyimpan rasa ini sendirian.” Batin olivia berbicara sendiri.
Besoknya dia memutuskan untuk menceritakan tentang perasaan gundah gulananya selama ini dengan Deva, sahabatnya.
“udahlah Ka,ngapain sih ngarepin yang gak pasti. Toh, dia kan juga gak tau. Angggap aja kamu itu cuma mengagumi.” Saran Deva.
“ya niatnya sih emang mau ngelupain dia, tapi kan kita satu sekolah.
Tiap hari ketemu, gimana caranya ngelupain? Mana tiap ketemu dia,aku
jadi lupa sama niatku buat ngelupain dia.”
“waduh,,kenapa jadi aku yang bingung ya? Gini aja, kamu jangan maksain
buat ngelupain dia, jalanin aja dulu..siapa tahu lama-lama dia bakalan
nangkap sinyal-sinyal kamu dan bakalan tahu perasaan kamu ke dia. Kamu
berdo’a aja.”
“eh tapi Va, gue juga ngerasa sinyal-sinyal dari dia. Kadang nih ya,aku
sering ngeliatin dia.. eh kadang aku sering ketemu mata sama dia.’
“jangan-jangan tanpa kamu tahu,dia juga sering ngeliatin kamu.”
“hmm…..semoga aja, jadi aku gak galau lagi, ya gak?”
‘amiinn..aku do’ain aja deh.”
***
Pagi yang cerah membuka semangat baru bagi olivia untuk memulai
aktivitasnya di sekolah. Lagi-lagi olivia bertemu Rian di koridor sekolah
dan Rian lagi-lagi mencoba menggodanya. Dengan sengaja dia menarik
tangan olivia hingga olivia tersungkur ke tubuh Rian.
“ih.kamu gak bisa diem apa. Sehari aja gak jahil bisa gak?’ serang olivia garang.
Rian pun hanya membalas dengan senyuman. Dan itu membuat olivia bertambah kesal.
“aduh Va, Rian tuh gak bisa berheti gangguin orang. Tiap malem aja pasti
ada sms dari dia,yang isinya tuh gak penting banget.” Cerita olivia
kepada Deva.
“wah jangan-jangan dia naksir kamu ka” goda Deva.
“ waduh..aku mohon dengan sangat,,jangan sampai itu terjadi. Aku kan pengennya deketin Vino.kenapa jadi temennya yang kecantol.”
Deva hanya tertawa melihat wajah sahabatnya itu yang sedang gusar.
***
Malam ini olivia merenung sambil mendengarkan lagu favoritnya. Sementara
matanya tak beralih dari langit yang berhiaskan bintang berkilauan.
Sesekali matanya memandang foto Vino yang kemarin dia curi dari
handphone temannya.
“Vin,kapan kamu bisa ngerti perasaan aku,kapan kamu bisa tau? Aku capek
mendam rasa ini sendirian Vin.kapan kamu tahu,aku disini nunggu kamu
Vin.” Gumam Olive.
Untuk menghibur dirinya,dia membuka akun facebook-nya dan ada satu pesan
yang ternyata dari Glen dan isinya cukup mengagetkan olivia.
“ ka..i love you.” Riska membaca pesan itu berulang kali.
Besoknya olivia langsung menceritakan itu kepada Deva.
“waduh ka,jangan-jangan Glen……” Deva menggantungkan kalimatnya.
“jangan-jangan apa Va..” Tanya olivia.
“ Ya…jangan dong Va, kemarin Rian,sekarang Glen, coba aja Vino,pasti aku
tanggapin dengan senang hati.” olivia mengerti maksud kalimat Deva
setelah sesaat berfikir.
“ ya udah deh..aku tahu cintanya Cuma buat Vino seorang, yang lain bisanya ngarep aja deh.” Kata Deva sambil tersenyum.
***
Rasa suka yang dialami olive terus hadir walaupun dia telah mencoba
untuk mengabaikan rasa itu. Tiba-tiba datang Deva mengusik ketenangannya
yang sedang merenung.
“ hey, olivia Vino.” Kaget Deva.
“ apaan sih, olivia aja, bukan Olivia Vino.”
“bentar lagi juga bakalan jadi Olivia Vino” goda Deva.
“Amiinn Ya Allah…..” harap olivia.
“eh, kamu tahu gak,aku denger kemarin Vino jalan sama adek kelas kita, si Yessi itu lho.”adu Deva.
“ya terserah dia lah. Aku juga gak akan terlalu berharap banyak sama dia.” Sahut olivia sedikit kecewa.
“loh,tadi baru bilang aminn, sekarang udah gitu lagi.” Goda Deva lagi.
***
Entah kenapa rasa itu perlahan hilang, namun tetap saja sisa-sisa cinta
itu masih tertinggal dihati olivia. Suatu saat ketika dia sedang duduk
bersama temannya, terlihat Vino dan Rico,teman sekelas olivia sedang
ngobrol dan kelihatannya percakapannya serius. Rico pun meninggalkan
Vino dan duduk di bangku dekat olivia sambil menggerutu.
“tuh anak bikin kesel aja. Apa sih maunya.” Geram rico.
Olivia hanya bisa heran melihat sikap Rico. Tiba-tiba datang lagi Vino
menuju kearah Rico. Olivia mulai melihat sinyal-sinyal negatif dari wajah
Vino.
“wah,dari tampangnya,kayaknya bakal ada perang nih. Gawat, aku harus cegah.” Gumam Olivia.
Saat Vino lewat didepannya.
“Vino..jangan,kalian apa-apaan sih.” Cegat Olivia.
“aku juga gak tau ka,kayaknya aku gak ngerasa punya salah sama dia,tapi
dia ngajak ribut kayaknya.” Jelas Vino berhenti sebentar,lalu meneruskan
jalannya ke arah Rico.
Olivia hanya bisa melihat mereka dari tempat duduknya.
“loe gak ngehargain cewek Vin,loe gak ngerti perasaan mereka.” Sergah Rico tiba-tiba.
“maksud loe apa?kok ngebahas cewek?”Tanya Vino tak mengerti.
“loe tahu,selama ini diam-diam ada seseorang yang ngarepin loe,nunggu loe. Loe gak tau kan?”
“siapa?”
“loe pikirin aja sendiri.kira-kira siapa orang itu.”
Vino hanya bisa heran dan tampak bingung mendengar perkataan Rico. Dia bertanya-tanya dalam hati,siapa yang dimaksud Rico tadi.
***
Olivia tiduran dikamarnya sambil mendengar mp3 di handphonenya.
“ Tuhan,kenapa sat aku mencintai seseorang. Dia tidak bisa membaca apa
yang kurasakan. Namun disaat ada seseorang yang membuka hatinya
untukku,aku malah tidak bisa merasakan cintanya. Kenapa aku gak bisa
dicintai oleh orang yang juga aku cintai.” Gumam Olivia.
Dering handphone membuyarkan lamunannya.
“apa mungkin aku hanya bisa berharap tanpa bisa memilikinya.” Olivia membaca sms yang ternyata datang dari Rico.
“maksudnya?” Olivia bertanya-tanya sendiri.
Otak Olivia mulai berimajinasi. Selama ini sikap Rico memang baik dengannya dan mereka cukup akrab.
“ah,tapi gak mungkin. Sikap dia kan cuma sebatas teman aja,gak lebih kok.” Olivia menepis pikiran itu.
***
Sementara itu, Vino masih kepikiran dengan ucapan Rico. Dia masih mencari-cari siapa yang diam-diam menunggunya selama ini.
“udah tahu orangnya?” Tanya Rico saat mereka berpapasan di kantin sekolah.
“belum.siapa sih” Tanya Vino.
“yakin mau tahu” Tanya Rico lagi.
“cepetan lah Co,gue penasaran nih.”
“ Olivia Oktaviani alias Olive”
“gak mungkin Co. loe tau darimana?” Tanya Vino,tidak yakin dengan ucapan Rico.
“gue denger dari mulut dia sendiri saat dia sedang curhat dengan Deva
dikelas. Gue gak sengaja denger.sekarang loe tahu kan,dan gue harap loe
bisa dewasa nentuin sikap.jangan biarkan dia nunggu loe terus dengan
harapan-harapan kosong yang bakal nyakitin dia.” Jelas rico.
“maksudnya?” Vino bertambah bingung.
Pertanyaan itu diabaikan Rico,dan dia berlalu pergi meninggalkan Vino.
Akhirnya Vino memutuskan untuk menanyakan sendiri dengan Olivia.
“ ka, bener apa yang dibilang Rico kalau selama ini loe diam-diam merhatiin gue?”
Olive pun kaget membaca isi sms yang datang dari Vino tersebut. Dia pun bingung harus menjawab apa, lalu diabaikannya sms Vino.
Besoknya di sekolah, kebetulan Olive berpapasan dengan Vino dan Vino langsung memanfaatkan kesempatan itu.
“ Ka, kenapa semalem kamu gak jawab pertanyaan aku? Bener apa yang dibilang Rico?” sergah Vino.
Tak sengaja Rico lewat dan Vino langsung mencegat Rico.
“ co, jelasin apa yang loe bilang sama gue kemaren?”
“loe tahu darimna Co?” Tanya Olivia.
“gue gak sengaja denger curhat loe sama Deva waktu itu.”
“trus kenapa loe bilang semuanya sama Vino.” Tanya Olive lagi,dan Rico pun terdiam.
“ jawab co, kenapa?”
“sampai kapan loe mampu mendam rasa ini sendirian ka. Gue gak mau liat
loe sedih karena cinta loe gak pernah dibalas. Bahkan Vino mungkin gak
akan tahu kalau gue gak bilang langsung sama dia...” Jelas Rico
“tapi Rico…”
“ gue Cuma mau liat loe seneng Ka.” Potong Rico.
Olive terdiam dan dia menatap Rico.
“maksud loe?” Tanya Olive lagi sambil menatap Rico.
“loe ingat sms gue dulu ke loe. Itu isi hati gue Ka.” Olive teringat sms
Rico waktu itu, dan dia menarik nafas perlahan sambil menundukkan
kepala.
”karena gue ingin loe bahagia,jadi gue bilang semuanya sama Vino Ka.’ Lanjut Rico lagi.
“Rico…terus gimana…”
“gue gak apa-apa Ka. Asal loe bahagia.” Rico memotong kalimat Olive.
Olive diam dan mengalihkan pandangannya ke arah Vino.
“ Vin.itu semua benar. Tapi itu dulu,dan sekarang gue udah gak ngarepin
balasan dari loe lagi. Lagian gue juga gak mau maksa loe buat nerima
gue. Karena gue tahu, loe gak akan bisa mencintai gue seperti gue dulu
ke loe.” Jelas Olive.
“maksud loe Ka?” Tanya Rico dan Vino serempak.
“ya,gue udah ngubur perasaan itu dalam-dalam. Dan sekarang gue gak lagi
ngarepin Vino kok, loe tenang aja Vin. Gue gak akan maksa loe buat suka
sama gue lagi.”lanjut Olive.
“sekarang ada orang yang benar-benar sayang sama loe. Apa harapan itu ada untuk dia?” Tanya Vino sambil menunjuk rico.
“jujur gue juga sayang loe Co.sikap loe,kebaikan loe. Itu yang bikin gue
juga sayang loe. Tapi gue gak bisa nerusin rasa itu karena gue gak mau
persahabatan kita rusak gara-gara itu. Karena loe udah jadi teman aja
loe udah bikin gue bahagia kok punya teman kayak loe.” Jelas Olive.
“loe bener ka.persahabatan kita lebih penting.” Jawab Rico.
“lagian,loe masih bisa kok sayang sama olive sebagai kakak ’ Sambung Vino.
“iya dong, gue kan juga sayang sama Rico. Tapi Cuma sebagai sahabat. Loe
gak perlu berubah kok sama gue,sikap loe,kebaikan loe. Contohnya
sekarag aja.mumpung masih dikantin nih,boleh dong ya mesen satu mangkok
aja.laper ni habis klarifikasi tadi.”canda Olive.
“yeee ujungnya gak enak tuh.” Balas Vino.
Dan akhirnya semuanya berkahir bahagia. 3 hati itu tetap bisa saling menyayangi sebagai sahabat :)
"Sahabat itu gak cuma ada dalam kebahagian semata tapi sedia pundak saat
kesedihan sahabat lainnya,Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, begitu
pula Tuhan memperkenalkan kita, kau pasti punya peran di hidupku "
" Kebanyakan orang di dunia manusia selalu mengambil keputusan begitu saja atas apa yang mereka lihat "
" Saat kau menemukan keberanian untuk menyerahkan hidupmu demi seseorang, Saat itulah kau akan memahami cinta"
citranigelkumal about's blogger
FOLLOW
Vrydag 31 Januarie 2014
penyesalan cinta di batu nisan
Rasa bersalah dan penyesalan terhadapmu masih saja menghantuiku. Sedetikpun aku tak kuasa menghilangkan bayangan-bayanganmu, dan itu sangat menggangguku. Mungkin inilah karma yang aku dapatkan setelah aku melakukan kesalahan terbesar kepadamu. Kesalahan yang seharusnya tidak aku lakukan. Kesalahan yang merubah seluruh alur kehidupanku.
Yaaa, hidupku berubah sejak saat itu. Sejak aku menyadari aku telah mensia-siakan seseorang yang sangat mencintaiku. Tapi, inilah hidup dan aku harus terus menjalaninya walau seberat apapun. Aku harus terus berjalan.
*****
Aku
Titania Putri. Siswi salah satu SMA terkenal di kotaku tercinta Malang.
Kota yang sejuk dan terkenal dengan apelnya. Ada yang bilang juga,
Malang adalah kotanya para pelajar. Kota yang damai dan sangat nyaman.
Yaa, hidupku memang bisa di bilang sempurna menurut versiku, aku
memiliki orang tua yang sangat mengerti aku, teman-teman yang baik, dan
seorang kekasih yang sangat menyayangiku, Vino. Meskipun banyak teman
yang bilang cowokku ini adalah cowok cupu, but I think he is a perfect
boy. “ Morning, Princess ? Udah siap berangkat ? “ sapa Vino pagi itu, saat dia menjemputku untuk pergi ke sekolah bersama.
“ Morning too, My Price. “ balasku dengan senyuman tak kalah indahnya.
Setiap pagi aku di jemput oleh Vino untuk berangkat sekolah bersama, karena memang kita satu sekolah. Vino adalah cowok yang sangat pengertian dan sabar, dia selalu bisa membuatku merasa nyaman bila dekat dengannya, Vino juga sangat menyayangiku, aku tau itu, karena dia selalu berusaha menjagaku. Selama kurang lebih 1 tahun kami pacaran, kita jarang sekali bertengkar, jika memang aku lagi bête dia selalu bisa menghiburku, jika ada masalah dia juga selalu bisa menyelesaikannya dengan kepala dingin, tidak seperti aku yang susah mengendalikan emosi. Dia juga pintar, di sekolah Vino adalah salah satu siswa yang cerdas. Kadang aku minder jika melihat dia bisa dengan mudahnya menyelesaikan soal yang aku anggap sangat sulit. Tapi sayangnya, banyak orang yang memandang Vino sangat cupu, mungkin karena dia memang tidak bergaul dengan orang-orang popular di sekolah, dia juga bukan cowok yang fashionable. Tapi, dia tetap yang terbaik buat aku.
*****
“ Tit, ntar malem dateng kan ke partynya Vega ? “ Tanya Anissa padaku saat aku baru saja masuk kelas.“ Liat ntar ya, Niss. Aku gak tau soalnya Vino bisa apa gak. “
“ Sekali-sekali gak usah sama Vino gak papa kali, Tit. Lagian Vino juga gak mungkin bisa, kan di pikiran dia belajar melulu isinya. “
“ Iya kan emang itu yang lebih penting. Aku belajar bareng Vino ajalah, Niss. Maaf yaa. “
“ Ahh… Gak asik nih. Kamu sih, Tit. Pake pacaran sama si kutu buku itu. Ya udah deh terserah kamu. “ kata Anissa kesal
“ Maaf deh, Niss. Lain kali aku janji bakal ikut acara kamu deh. “
Anissa adalah sahabatku dari SMP. Dari kita kenal sampai saat ini kita baru sekali gak sependapat. Pendapat kita selalu beda tentang Vino, Anissa selalu menganggap aku salah memutuskan untuk jadian dengan Vino, karena menurut dia Vino itu kutu buku yang ngebosenin banget dan gaya dia juga sangat biasa aja. Tapi bagaimanapun Vino tetap yang teristimewa menurutku.
“ Tita, bagi PR matematikanya dong. Kamu pasti udah selese kan ? “ kata Anissa sambil nyengir kuda.
“ Yee… Dasar ! Baru aja sewot ke aku sekarang malah mau nyontek PR. Kalo aku yoo malu toh, Niss “ kataku pada Anissa, memang aku dengan Nissa gak bisa lama-lama sewot-sewotan gini. Hehehe :D
“ Hehehehe. Udah deh buruan, sepuluh menit lagi udah bell, aku tak buru-buru nyontek PR kamu “
Jam pertama hari ini adalah Matematika, satu dari seabrek pelajaran yang membuat kepalaku hampir pecah. Tapi untung saja aku punya cowok pinter, jadi setidaknya bebanku di beberapa mata pelajaran itu sedikit berkurang sejak aku jalan dengannya. Baru kali ini aku pacaran dengan seseorang dan dia bisa bikin nilai aku terangkat. Sambil menyelam minum air lah, ya pacaran, ya belajar. Bisa ngirit juga, karena gak perlu bayar guru private lagi. Hehehehe :p
*****
Malam ini
Vino datang ke rumahku. Karena aku besok ada ulangan fisika, dia sengaja
aku ajak belajar bersama. Meskipun kita sebenernya gak satu kelas sih.
Selama pacaran dengan dia memang acara nge-date kita selalu identik
dengan belajar bareng, beda banget sama yang lain.“ Sayang, hafalin dulu dong Hukum-hukum newtonnya. Kalo kamunya hafal, soal-soal ini pasti gampang kok. “
“ Iya-iya. “
“ Kalo kamu gak hafal soal-soal itu gak bakalan bisa kamu kerjain, karena dasarnya ada di situ. “ kata Vino bak seorang guru.
“ Iya-ya, bawel “ jawabku sedikit sewot.
“ Sayang. “
“ Apa lagi sih ? Katanya di suruh ngafalin, tapi kamunya ganggu terus. “
Saat aku menoleh ke arahnya, ku lihat Vino menatap mataku tajam. Jujur, aku sampai berkeringat di tatap seperti itu. Selama kita jalan, baru kali ini Vino memandangku seperti itu, apa ada yang salah dari aku ? Aku rasa tidak. Wajahnya semakin mendekat ke wajahku, apa dia akan… Ahh, aku tak tau, yang jelas saat ini aku gugup sekali. Semakin lama wajah Vino semakin mendekat, dan…
“ Love You, Tita. I will always love you. “
Haaa…. Rasanya aku pengen teriak sekenceng-kencengnya. Dasar Vino, aku udah hampir pingsan di tatap seperti itu, ternyata dia cuma nyium keningku dan ngomong gitu. Huft
But, I’m soo happy, cara dia kali ini romantis banget menurutku, baru kali ini Vino seperti itu padaku. Karena emang dasarnya dia bukan cowok romantis, jadi dengan seperti itu saja udah luar biasa banget. Hehehehehe :D
“ Love you too, Honey. I believe you. “ balasku padanya setelah terbengong-bengong sebentar.
“ Udah deh lanjut lagi hafalanya. “
Malam ini lumayan istimewa buat aku, Vino udah lumayan romantic. Hehehehehe
Emang norak sih, tapi memang baru kali ini Vino seperti itu, jadi wajarkan kalo aku ngerasa itu istimewa. Tatapan dia tapi indah banget, keliatan banget ketulusan dia saat itu. Jujur, itu membuat aku semakin sayang sama dia.
*****
“ Sayaaang, aku lolos. “ kata Vino mengagetkanku seraya memelukku.“ Lolos apa sih, sayang ? “ aku benar-benar kaget saat itu, karena Vino tiba-tiba datang dan memelukku, gak biasanya dia seperti ini. Lebih-lebih kalo di sekolah.
“ Aku masuk nominasi siswa yang mau dapet beasiswa kuliah di Oxford Univesity. Itu udah aku cita-citain dari dulu, sayang. “
“ Serius ? Selamat ya sayang, aku ikut seneng. “
“ Makasih ya, sayang. Tapi, aku harus lolos satu seleksi lagi buat bisa bener-bener dapetin beasiswa itu. Harus makin serius belajar nih, sayang. “
“ Iya aku tau, aku dukung kamu terus kok, sayang. Ehh, pulang yuk. Keburu ujan nih. “
Kamipun berjalan menuju parkiran. Hari ini senyum Vino tak pernah hilang, aku tau hari ini sangat istimewa buat dia. Tinggal selangkah lagi dia dapetin beasiswa impian itu, setelah bergelut dengan ribuan pelajar yang mengikuti seleksi dari awal. Aku turut senang mendengar kabar itu, walau secara gak langsung ini jelas akan sangat mengurangi waktuku dengan dia. Karena Vino pasti akan lebih banyak menyisihkan waktu untuk belajar, dan aku hanya bisa mendukung Vino untuk hal ini.
*****
Vino udah gak
bisa sesering dulu nemenin aku. Karena dia lagi sibuk belajar untuk
test lanjutan itu. Sms-an pun sepertinya susah, jika aku sms hanya
sekali atau dua kali dia membalas, setelah itu selesai. Aku jadi merasa
jauh dengan dia, tidak seperti dulu lagi. Kadang aku kangen saat-saat
seperti dulu, saat kita bisa belajar bareng, tapi sekarang dia sudah
terlalu sibuk. Weekend kali ini juga jadi garing banget, malem minggu
yang biasanya di temenin Vino, sekarang jadi acara galau-galauan di
dalem kamar sambil ngedengerin music. Bosen di rumah aku coba sms-in
Anissa, sapa tau dia bisa nemenin aku.To : Nissa
Non, ngpain ?
bsen nih d ruma…
Tak beberapa Nissa membalas pesanku.
From : Nissa
Kagak ngpa*.in non…
K.spi.an yaa ? :p
Ehh, bsok ikut ak yokk, ke Matos cari sesuatu…
:D
Kali ini aku langsung meng-iya-kan ajakan dari Nissa, karena memang besok aku gak ada acara. Aku gak ngarep Vino bakal ngajak aku jalan, karena dia terlalu sibuk dengan belajarnya dan seakan lupa denganku. Jujur, sebenernya aku kangen sama Vino, kenapa dia seakan lupa sama aku. Semoga saja dia hanya terlalu sibuk belajar dan setelah test dia akan kembali seperti dulu.
*****
Udah hampir 2
jam aku muter-muter Matos dengan Nissa siang ini. Kaki aku rasanya udah
keriting, tapi Nissa sampai sekarang belum juga nemu barang yang di
cari.“ Niss, kamu nyari apaan sih ? 2 jam kita ini muter-muter disini, aku kesel non. “
“ Yee, kamu kan uda lama gak nemenin aku, baru segini aja udah ngamuk. Huuu… “
“ Kaki aku uda pegel nih. “
“ Yaweslah, nongkrong di kafe depan aja ya ? Sambil nunggu temenku yang lain. “
Legaaa. Akhirnya bisa duduk juga setelah lama muter-muter nemenin si Nissa. Hari cuaca lumayan panas, keadaan disini juga cukup ramai. Mungkin orang-orang pada mikir kalo sekarang ini adalah saat yang tepat untuk keluar rumah, karena memang akhir-akhir ini Malang selalu diguyur hujan.
“ Tita, kenalin nih temen aku, Rendy. “ kata Nissa membuyarkan lamunanku, aku baru sadar kalo ternyata ada orang yang datang.
“ Ohh, iya. Aku Tita.” Aku menerima jabatan tangan Rendy, aku baru tau kalo di Nissa punya temen cakep. Rendy cool banget. Hehehehehehe :p
“ Ren, ini nih Tita. Sahabat aku dari SMP yang sering aku certain ke kamu. “
“ Ohh, iyaa. “ jawab Rendy singkat.
“ Rendy ini kakak kelas aku waktu SD dulu, Tit. Dia juga tetangga aku, tapi pas SMP dia pindah ke Bali ngikut ortunya. Sekarang lagi kuliah di UB. “ Nissa nyerocos aja tuh ngenalin si Rendy ke aku, kalo gini gayanya udah kaya sales kosmetik. Aku Cuma bisa ber” Ho-oh “ ria. Hehehehehe :D
“ Ehh, aku ke toilet dulu ya ? Ren, jagain Tita, jangan sampe kabur. “ kata Nissa sambil nyengir, dasar tuh bocah,emang aku kucinng apa harus dijagain biar gak kabur.
“ Btw, Tita rumanya dimana sih ? “
“ Rumah aku ada di Jln. Duku. Kamu sendiri ? Nge-kost disini ? “
“ Iya, aku nge-kost dideket kampus, kapan-kapan aku boleh ya main ke rumah kamu ? “
“ Boleh kok. “ kataku sambil tersenyum.
Obrolan kami terus mengalir, ternyata Rendy anaknya bener-bener asik. Kita baru kenal beberapa jam aja udah bisa ngobrol selancar ini dan nyambung banget. Dianya cakep juga lagi. Hehehehe :D. Tapi, ini hanya sekedar mengagumi saja, gimanapun aku tetep sayang sama Vino, kekasihku yang kini sedang tenggelam dalam keseriusannya mengejar cita-cita.
“ Tit, Ren, pulang yuk ? Udah sore nih. “ ajak Nissa setelah kembali dari toilet.
Aku hanya mengangguk meng-iya-kan. Tapi sebelum pulang aku sudah sempat bertukar nomer hp dengan Rendy. Mungkin untuk akhir-akhir ini Rendy bisa menemaniku saat Vino sedang sibuk.
*****
Malam ini
lagi-lagi aku sendirian di kamar, hanya di temani dengan alunan lagu Dan
Tak Mungkin dari Agnes Monica. Saat lagi asik dengerin musik tiba-tiba
handphoneku berbunyi, aku kira itu pesan dari Vino, tapi ternyata bukan
itu Rendy.From : Rendy
Malem Titaaa
:D
Aku segera membalas pesan dari Rendy, malam ini aku lebih beruntung rupanya, karena Rendy bisa menemaniku walau hanya lewat sms. Sampai sekitar jam 10 malam kita sms-an. Rendy ngajakin aku jalan ber-dua. Sebenernya aku ingin menolak karena takut melukai Vino jika dia tau aku jalan sama cowok lain. Tapi, aku gak bisa nolak ajakan dari Rendy karena memang sejujurnya aku pengen banget jalan-jalan. Akhirnya aku meng-iya-kan ajakan dari Rendy.
*****
Malam itu
datang Rendy menjemptku ke rumah tepat pukul 7 malam, aku tak tau dia
akan mengajakku kemana, kata dia sih Cuma ke suatu tempat yang indah. Di
sepanjang perjalanan aku hanya bisa menebak-nebak aku akan di ajak
kemana oleh Rendy. Gak berapa lama kita sampai ke tempat yang di tuju.
Sumpah, tempat ini indah banget. Meskipun masih di Malang, tapi aku
belum pernah mengunjungi tempat ini. Kata Rendy sih, tempat ini namanya
Bukit Bintang. Pastas orang menyebutnya seperti itu karena kita memang
serasa dekat sekali dengan bintang kalau berada disana.“ Tita. “
“ Apa, Ren ? “
“ Kamu cantik hari ini, makasih ya udah mau nemenin aku kesini. “
“ Seharusnya aku yang bilang makasih, karena kamu udah bikin aku seneng hari ini, Ren. “ balasku sambil tersenyum.
*****
Semakin lama
aku semakin dekat dengan Rendy, sekarang aku lebih sering ketemu dan
sms-an dengan Rendy daripada dengan Vino. Aku juga merasa semakin jauh
dengan Vino, padahal sekarang Vino sudah tidak lagi sibuk dengan
belajarnya. Jujur, Rendy memang cowok yang asik, dia sangat berbeda
dengan Vino. Perasaanku mulai goyah terhadap Vino. Dan sepertinya dia
merasakan perubahanku itu.Malam ini, aku jalan lagi sama Rendy. Ke Bukit Bintang, tempat favorit kita.
“ Tita, boleh aku ngmong sesuatu ? “
“ Ngomong aja, Ren. “
“ Tit, kamu mau gak jadi cewekku ? “
Jleb ! Aku gak percaya Rendy berani nembak aku, padahal dia tau kalo aku masih jalan sama Vino.
“ Aku tau Tita kalo kamu masih punya Vino, tapi jujur, aku gak bisa nutupin perasaan ini. Dari awal kita ketemu aku udah suka sama kamu. Mungkin ini konyol, tapi aku rela kok jadi yang kedua. “
Kata-kata Rendy barusan bener-bener buat aku shock, aku gak nyangka kalo dia bisa ngomong kayak gitu.
“ Ren, kalo aku boleh jujur, sebenarnya aku juga sayangsama kamu. Tapi aku bingung, aku masih punya Vino, dan aku susah buat mutusin dia karena dia memang gak ada salah. Apa kamu bener-bener gak papa jadi yang kedua ? “
“ Apapun aku rela, Tit. Asal aku bisa sama kamu. “
Handphoneku bordering, saat kulihat ternyata itu dari Vino. Degup jantung semakin kencang saja, aku mengangkat telfon Vino.
“ Sayang, sepuluh menit lagi aku sampai di rumah kamu. Aku mau ngajak kamu jalan, maaf ngedadak karena aku mau ngasih surprise. “
Aku tak dapat berkata apa-apa, aku bingung karena aku sayang keduanya.
“ Sayang, halo ? Tita sayang, kamu gak papa kan ? “
Klik ! Aku memutus telfon dari Vino dan segera mengirim sebuah sms.
To : ..maii hunbie..
Vino, maafin ak…
Km gak lbih baik plg nd gak usah jmput aku…
Makasih buat selama ini.
Saat aku mengirim pesan itu rasa hatiku sungguh berkecamuk. Aku harus memilih salah satu dari mereka. Aku memang harus membuat luka pada salah satu dari mereka, tapi inilah keputusanku. Aku memilih Rendy, dia yang selalu menemaniku selama ini.
“ Ren, sekarang aku cuma milik kamu. “ ucapku sambil tersenyum pada Rendy.
“ Makasih, sayang. Aku janji bakal selalu jaga kamu. “
Tak berapa lama handphoneku kembali berbunyi, tapi sama sekali tak ku hiraukan. Aku yakin itu pasti Vino. Aku sengaja mengabaikannya agar aku tak lagi goyah dengan keputusanku. Aku takut aku akan kembali bimbang jika memdengar suara Vino lagi. Namun, handphoneku tak berhenti berdering, dan akhirnya aku mencoba melihat sapa yang menghubungiku, ternyata Anissa.
“ Tita, kamu dimana ? Vino kecelakaan, buruan ke rumah sakit. Kondisi dia parah banget. “
Aku segera mengajak Rendy ke Rumah Sakit. Perasaanku saat ini sangat kacau. Aku merasa sangat bersalah pada Vino, gak seharusnya aku mengatakan hal seperti tadi itu saat dia sedang mengendarai motor. Kenapa aku tadi gak mikir akibatnya sampai sejauh ini. Aku tak sanggup membendung air mataku.
Saat aku sampai di Rumah Sakit, aku melihat Anissa dan keluarga Vino, teman-teman satu kelasnya juga ada disana. Aku merasa sangat bodoh karena tak memikirkan apa yang terjadi akibat keputusanku tadi.
Tak berapa lama seorang Dokter keluar dari ruangan tempat Vino di rawat. Orang tua Vino segara menghampirinya.
“ Dok, bagaimana anak saya ? Dia baik-baik saja kan ? “
“ Benturan yang terjadi di kepalanya sangat parah. Dan kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Maaf, anak ibu tak bisa kami selamatkan, “
Kata-kata dokter barusan benar-benar seperti sambaran petir bagiku. Aku tak percaya dengan ini semua, aku telah membuat Vino menjadi seperti ini. Aku merasa ini semua salahku, aku merasa sangat bersalah, aku bodoh, dan aku sangat jahat pada Vino.
Sebuah sms masuk ke handphoneku, dari Vino. Balasan dari sms yang aku kirim tadi, pesan yang dia tulis sebelum kecelakaan itu terjadi yang sempat pending dan baru baru terkirim sekarang.
From : ..maii hunbie..
Sayang, ak tau ak mmang bkan cow xg smprna nd baik buat km..
Ak tau ak gak bsa buat km snenk, ak jga bkan cow xg gaul, ak gak prnah bsa bkin kmu
snenk, nd ak jga sngat mmbosankan..
Ak sdar itu, Tita..
Ak hrgai k.ptus.an km ini, ak jga mngrti bhwa km tlah mnmukan cow xg lbih baik dr ak
untk nmnin km..
Tpi Tita, mskpun km sekarang bukan milikku lagi ak akan slalu mencintai kmu..
Hati ini Cuma km xg memiliki, ak yakin suatu saat nanti ak akan dapat mmlikimu lagi, walau itu di alam xg berbeda, ak akan selalu mnunggu.
Love U Tita…
Pesan ini benar-benar membuatku sesak, aku sangat bodoh karena aku telah menyia-nyiakan seseorang yang telah sangat tulus mencintai aku. Aku benar-benar menjadi cewek yang sangat beruntung telah mendapat cinta tulus dari Vino, tapi apa yang aku lakukan. Aku membuat dia sakit hati dan akhirnya mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya, yang merenggut semua cita-cita dia. Aku tak kuasa menghadapi semua kenyataan ini, kenyataan bahwa Vino sangat tulus mencintaiku dan aku telah menyakiti dia. Dalam sekejap semua terasa gelap dan menghilang…
Di hadapanku sekarang, segunduk tanah dan batu nisan bertuliskan nama Malvino Putra Pratama. Aku masih menatapnya dalam-dalam, tak percaya bahwa dia sudah benar-benar tiada. Vino telah pergi dengan sebuah luka. Luka yang aku sayatkan dengan begitu dalam. Luka yang aku berikan kepada dia yang sangat mencintaiku. Aku sangat menyesal saat ini, tak seharusnya aku mengambil keputusan itu. Seharusnya aku tau bahwa Vino memang yang terbaik. Tapi, apalah arti sebuah penyesalan, jika semua sudah begini adanya. Aku tak tau apakah aku bisa memaafkan kebodohanku ini.
Sekarang tak ada yang bisa aku lakukan, semua sudah terlambat. Hanya tangis penyesalan yang terus terurai atas kepergian seseorang yang sebenarnya sangat aku cintai dan itu semua karena kesalahan terbodoh yang aku lakukan.
terjerat cinta orang tua
Suatu siang Riana asyik berduaan dengan Langit, pacarnya. Mereka makan bersama di sebuah rumah makan.
“ Aku tak ingin menjadi matahari yang terik menyengatmu, tapi ingin menjadi air yang menyejukkan dan menyegarkanmu.” Rayu Langit.
“Cie..cie.. mau ikutan raja gombal ya?”
“ Jadi gombal pun aku tak apa asal bisa membuatmu jadi berkilau.”
“ Sayang, jangan nggombal terus dong. Nanti aku terbang nih.”
“ Kalau kamu terbang akan kubukakan gerbang surga untukmu dan kubuatkan jembatan pelangi untuk menyambutmu.”
Makin klepek-klepek deh Riana. Cowoknya ini raja gombal tiap ketemu ada aja puisinya. Apa dia bakalan nyaingin chairil Anwar ya?
Tapi kebersamaan mereka terganggu oleh kemunculan seorang wanita berusia lima puluhan bertubuh gemuk ,tidak sampai bulat lo. Gemuk sedang. Ibu itu berpakaian coklat agak kuning bertotol-totol hitam. Ibu itu berambut lebar. Dia memakai gelang emas. Di bahu kirinya tersampir tas kulit hitam.
“ Riana? Kenapa kamu di sini? Bukannya les malah pacaran!” Hardik wanita itu.
“ Mama? Kenapa mama di sini?” Riana shock dan pucat pasi melihat mamanya di situ.
“ Harusnya Mama yang tanya. Ayo pulang!” mama Riana memegang tangan Riana erat-erat.
“ Mama, jangan, ma! Ma, lepasin aku, Ma!” Pinta Riana. Ia memohon-mohon.
“ Langit, Tolong!” tapi langit tak bisa berbuat apa-apa.
Mama membawa Riana ke tempat parkir. Ia suruh Riana masuk dengan keras. Riana terpaksa nurut. Mereka pulang bersama.
“ Kamu sudah berani bohongin mama,ya? Sejak kapan kamu bohong, ha?
Kamu pamitnya les, tapi nyatanya malah pacaran sama anak nggak jelas itu. Sudah dari dulu mama bilangin jangan deket-deket sama anak siapa itu namanya?”
“ Dia namanya langit, Ma. Dia baik kok.”
“ Diam! Kamu nggak tahu siapa dia sebenernya. Mama tahu anak kayak gitu suka lontang-lantung. Sukanya ngamen, gitaran, tidur di jalanan. Kamu mau kayak gitu?
Kamu itu udah kelas tiga, Ya. Kamu bentar lagi UAN, mau kelulusan terus mau SMA. Kalau kamu kayak gitu terus gimana kamu bisa lulus? Gimana masa depan kamu?”
Riana dongkol saja sepanjang perjalanan. Ia diam dan menangis perlahan-lahan. Ditahannya kata-kata. Karena satu saja nada keluar mulut mamanya akan banyak bicara seperti petasan yang berenteng-renteng itu. Merusak hati merusak telinga.
Mereka sampai di halaman rumah. Mereka keluar dari mobil. Riana masuk duluan ke dalam rumah. Mama masuk belakangan. Di ruang keluarga amarah mama masih berlanjut sampai episode 60. Riana tak tahan lagi segera keluar membawa tasnya.
“ Riana! Mau ke mana kamu? Mama masih belum selesai ngomong! dengerin dulu! Riana! Kembali!”
Riana keluar dari halaman rumah. Ia mencegat taksi. Ia segera naik meninggalkan mamanya. Mama berusaha mengejar tapi taksi itu sudah jauh.
Di dalam mobil Rian mengusapi air matanya dengan kaos birunya. sampai basah. AC taksi menyala membuat ia kedinginan. Maklumlah,cewek-cewek jaman sekarang sukanya pakai hot pant. Sopir taksi melirik-lirik cewek seksi itu biarpun masih kelas 3 SMP.
“ Mau ke mana mbak?” Tanya sopir.
“ Jatimulya, Pak.”
Dengan segera Taksi mengantarkan cewek galau itu ke Jatimulya. Di jatimulya tinggal Bibi Riana. Namanya Bibi Ana Sae. Bibi Ana adalah adik mama. Riana suka ke sana dan sering main. Setibanya di sana Riana membayar taksi lalu keluar. Ia lekas-lekas menemui Bibi Ana. Ketika itu Bibi Ana sedang menginteri gabah dengan tampah.
“ Bibi … “panggil Riana. Ia langung memeluk Bibi Ana.
“ Riana, kamu kenapa, nduk?” Tanya Bibi Ana.
“ Masuk dulu, yuk! Ceritakan ada apa!”
Mereka masuk ke dalam rumah berama. Bibi Ana membawa tampah berisi gabah ke belakang lalu meletakkannya di meja dapur kayu. Lalu bibi membuatkan teh hangat. Ia bawakan teh itu ke depan.
“ Ini. Diminum dulu.”
“ Nah, sekarang ceritakan apa yang terjadi!” kata Bibi Ana.
” Begini, Bi. tadi aku lagi asyik kencan sama Langit, Bi. kami makan bareng. Langit bikin puisi yang baguuus… banget. dia emang jago bikin kata-kata romantis.
Terus lagi asyik-asyiknya kencan, eh, tiba-tiba mama datang. Mama marah-marah. Berantakan deh kencannya. Mama suruh aku pulang. Di jalan mama masih ngomel terus. Sampe rumah masih diterusin lagi kayak betet. Panas telingaku dengerinnya. Aku nggak tahan lagi. Aku tinggalin aja. Biarin aja mama bingung sendiri di rumah. Salahnya sendiri marah-marah terus.
Dasar reseh! Kenapa sih mama suka gangguin aku sama Langit? Dulu mama larang aku pacaran sama Langit. Terus nggak boleh ketemuan, jalan bareng. Sampe backstreet aja nggak boleh. Iiih… sebel! Sebel! Sebel!”
Bibi Ana tidak memotong atau membantah kata-kata Riana walaupun Riana banyak memaki-maki dan ngata-ngatin ibunya sendiri karena Bibi Ana tahu Riana cuma butuh didengerin. Cewek itu butuh pelampiasan dan kesempatan ngomong. Begitu cewek ngomong dan didengerin selesai deh separuh masalah.
“ Ya sudah. Sekarang kamu istirahat dulu. Ada kamar yang bisa kamu pakai.” Saran Bibi Ana.
“ Makasih, Bi.”
Riana langsung pergi ke kamar tidur. Ia menutup pintu dan menguncinya lalu tidur di kasur putih. Bibi Ana memperhatikan Riana sudah tak mendengar, ia menelepon Bu Yeni, mama Riana.
“ Halo, yeni?”
“ Ana? Kamu tahu Riana, nggak? Tadi anak itu langsung keluar dari rumah nggak bilang-bilang. Aku jadi khawatir.”
“ Dia di sini kok. Tenang aja.”
“ Dia di tempatmu? Kalo gitu aku ke tempatmu sekarang ya?”
“ Jangan dulu. Dia masih sebel sama kamu.”
“ Terus?”
“ Aku punya rencana. Dengerin ya?”
“ Oke.”
Sorenya Riana bangun dari tidurnya yang lelap karena capek.ia pergi mandi lalu sholat. Setelah itu ia duduk-duduk di samping rumah. Bibi Ana datang menghampiri. Bibi berjilbab itu duduk di samping Riana.
“ Na, menurutmu Langit gimana?”
“ Dia cintaku satu-satunya ,Bi. Dia cakep, keren. Aku cnta buanget sama dia. Aku nggak mau pisah sama dia. Rasanya pingin deket sama dia…. terus. Sehari nggak ketemu langsung galau.”
“ Berapa lama kalian pacaran?”
“ Berapa ya? 4,5,6 bulan kali. Aku lupa. Pokoknya jalanin aja gitu.”
“ Apa selama itu kamu bolos les?”
“ Nggak juga sih. Kadang kami ketemu di sekolah, di taman. Di tempat les. Dia mau datengin aku di LBB. Cuma kadang-kadang aku nggak mask les. Habis bosen sih belajar terus. Sekali-kali mainlah…”
“ Apa mamamu tahu kalau kalian pacaran?”
“ Jangan sampek deh. Idih amit-amit. Kalo sampek mama tahu aku bias mati.”
“ Kenapa?”
“ Dari dulu mama selalu ngelarang aku pacaran. Katanya inilah itulah. Free sex lah hamil lah, sekolah lah, narkoba lah.
Mama pinginnya aku Cuma belajar.. terus. Nggak boleh pacaran. Nggak boleh banyak main. Makanya mama nyuruh-nyuruh aku les.katanya aku harus belajar biar bisa nerusin sekolah, kuliah, kerja dan … seterusnya..
Makanya aku backstreet aja sama langit.”
“ Waktu mau jalan sama Langit kamu bilang apa sama mama?”
“ Macem-macam. Ada belajar bareng, les, tugas, main sama temen, dan laen-laen.”
“ Apa yang kamu rasain waktu pacaran?”
“ Ya seneng dong. Kan bisa ketemu sama cowok yang aku senengin. Dia juga seneng sama aku. Kami jalan bareng, makan bareng.kami kan saling mencintai. Tapi…”
“ Tapi kenapa?”
“ Setiap kali aku kencan rasanya was-was terus. Ada nggak enaknya. Takutnya ketahuan mama. Jangan-jangan mama nggak sengaja lewat terus aku ketauan gimana? Aku harus ngapain? Kata-kata apa yang harus aku ucapin biar mama percaya.”
“ Nah, itu. Berarti kamu ngerasa nggak tenang kan waktu pacaran. Kamu jadi bohong sama mama bilang mau les, tugas, belajar bareng kenyataannya kamu malah berduaan sama cowok kamu. Kamu nggak tenang kan?”
“ Iya. Tapi mau gimana lagi? Aku sayang sama Langit. Aku cinta sama dia. aku nggak mau pisah sama dia.”
“ Kalo kamu ngerasa nggak tenang itu berarti hati kamu tau itu dosa. Apa kamu tau bohong itu dosa? Apa kamu tau pacaran itu dosa?”
“ Kalo bohong itu dosa aku tau, tapi aku terpaksa. Kalo nggak gitu aku bakalan galau. Tapi masak pacaran dosa sih, Bi?”
Bibi Ana membacakan ayat-ayat Al-qur’an dan hadist yang berbunyi:
“Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh oleh seseorang)” [Al-Israa : 32]
Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia berdua-duaan dengan perempuan yang tidak ada bersamanya seorang muhrimnya karena yang ketiganya di waktu itu adalah setan.”
“Seseorang ditusuk kepalanya dengan jarum besi lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ar-Ruyani di dalam kitab Musnad-nya (227/2)
“ Yaaaaaaaaaah…….. gimana dong? Aku udah terlanjur cinta sama Langit.” Keluh Riana.
“ Sabar, ya, Na? sekarang kamu pikir-pikir dulu baik-baik. Bibi kasih kamu waktu buat merenung dulu. Sementara itu Bibi tinggal dulu buat masak. Sebentar lagi paman Zaini dan Ahmad pulang.”
Riana termangu terus di bangku panjang. Ia menatap ke halaman. Pandangannya kosong membayangkan Langit, Langit yang senyumnya selalu menyejukkan, Langit yang senyumnya putih mempersona dan gokil. Langit yang walau berkulit coklat kribo tapi selalu setia menemani. Sekarang harus ia tinggalkan karena sabda suci Al-qur’an dan hadist.
“ Dosa ya? Tapi nanti cintaku gimana? Aku cinta sama Langit, tapi kalau dosa berarti nanti aku bakalan masuk neraka kalo jalan terus sama dia. Dosanya karena bohong, karena pacaran, karena melawan ortu …”
Keesokan paginya Riana bangun seperti tersengat,” aduh! Hari ini aku harus sekolah. Harus gimana nih? Seragamku, buku-bukuku, sepatuku, PR-PR-ku!”
Riana segera keluar dari kamar mencari Bibi Ana. Ia berjalan ke dapur.
“ Bibi, ada seragam sekolah nggak? Aduh aku lupa bawa seragam dan hari ini harus sekolah.” Kata Riana seperti machine gun.
“ Di ruang tamu.” Jawab Bibi Ana.
Riana berjalan ke ruang tamu. Sesampainya di sana ia terhenti. Ia tercengang seolah melihat sihir. Di sana di kursi panjang sudah ada semua seragamnya putih biru lengan panjang rok panjang berbadge SMP Aryapati 9A. Di sampingnya ada tas, topi, dasi, kaos kaki. Di bawah kursi sepasang sepatu hitamnya yang mungil tersenyum mengkilap.
Riana mendekati seragamnya, mengangkat tasnya. Berat. Berarti ada isinya. Ia buka dan melihat isinya. Buku-buku pelajarannya ada semua sampai alat tulisnya juga.
“ Bibi, kok seragamku ada di sini? Siapa yang bawain?”
Bibi Ana datang,” semalam mama nganter semua itu kemari. Mama kamu udah berborban banyak buat kamu. Mama juga ngerjain tugas kamu. Kamu punya PR kan?”
“ Oh, iya aku punya PR.”
Riana segera membuka tas. Ia mengambil buku PR matematika. Ia buka buku LKS dan butu tulis. Ia lihat buku tulis halaman terakhir. Benar. Di sana sudah ada banyak jawaban soal-soal dengan tulisan tangan. Tulisan itu bukan tulisannya. Itu tulisan mama! Mama ngerjain PR-nya? Itu nggak pernah ada dalam sejarah manapun!
“ Sekarang kamu liat kan? Mama kamu perhatian sama kamu. Mama udah bawain semua. Mama sampe ngerjain PR-PR kamu. Sulit lo buat orang tua ngerjain PR anaknya. Makanya tolong maafin mama kamu. Mama kamu sayang sama kamu, Na. mama kamu selama ini ngelarang kamu pacaran sebab mama nggak pingin kamu kenapa-kenapa. Kamu sering liat kan sekarang banyak cewek-cewek yang nggak perawan? Dari yang SMP, SMA, kuliah sampe artis-artis juga. Apalagi kamu tau Langit itu anak punk yang suka ngamen kemana-mana. Kamu itu lebih baik daripada Langit, na. kamu harusnya dapet yang lebih baik. Jangan turunin harga diri kamu.”
…” Riana ganti baju dulu, Bi, ya?”
Bibi Ana mengangguk. Riana membawa seragamnya ke kamar. Tak lama kemudian Riana kembali muncul dengan seragamnya yang biru putih. Ia kini tengah memakai sepatu. Bibi Ana mendekat membawa foto.
“ Kamu simpen foto ini ya?” kata Bibi Ana.
“ Siapa ini, Bi?” Tanya Riana.
“ Udah. Simpen aja.”
Riana menerima foto itu dengan heran. Ia memandang foto itu. Isinya foto close up cowok. Dia putih, tinggi, memakai jaket hitam dan kemeja coklat.
Siapa sih cowok ini? Nggak kenal!
Riana membawa foto itu ke sekolah. Ia sekolah di SMP Aryapati kelas 9A. Ia sekelas dengan Syria dan Masayu Kusumawardani. di kelas ia tanya teman-teman soal cowok itu.
“ Eh, kamu tau cowok ini nggak?” Tanya Riana.
“ Enggak. Siapa sih itu?” Tanya yang ditanya balik. Kebanyakan begitu. Cowok cewek sama aja. Bahkan Syria malah ngisengin.
“ Masak sama cowok sendiri lupa, sih, Na?” goda Syria.
“ Iya, Rina ini. Udah punya Langit mau cowok laen lagi. Ato itu mantan kamu yang ke-100, Rin.” Imbuh Masayu.
“ Udah! Berisik! Klo nggak tau nggak usah ngeledek!” sergah Riana gusar. Bukannya dibantuin malah digodain.
Teman-teman pergi. Tinggal Riana sendirian di kelas memandangi foto itu.
“ Kamu siapa sih? Jangan main teka-teki. Plis! Aku nggak bisa main detektif. Aku bukan Conan yang bisa mencari semua orang.”
Pukul 12.30 siang Riana pulang sekolah. Banyak anak-anak lain mendahuluinya di jalanan menuju gerbang sekolah. Ia melangkah pelanan menunduk bingung menentukan arah. Langsung ke rumah atau ke rumah Bibi ya?
“ Makasih, Ma. Mama udah ngerjain PR-ku. Tadi aku jadi nggak disetrap. Tapi aku masih belum bisa nerima mama buat gantiin Langit. Aku perlu sedikit lagi bukti kalo mama itu bener-bener sayang sama aku.”
Riana melewati gerbang. Ia berdiri di tepi trotoar. Matahri terik menyinari cewek tinggi semampai langsing itu. Ia menyeka keringat. Wajahnya mulai menggelap ditimpa UV. Riana memandang uang di tangannya. Tadi bibi memberikan uang skau buat biaya pulang sekalian.
“ Pak! Ojek, Pak!” Riana melambaikan tangan.
Riana diam terus di jalan. Semoga keputusan ini tepat. Ia memandangi rumah-rumah di tepi jalan. Semoga ujung jalan ini tepat. Semoga keputusan yang telah dibuatnya benar-benar membawa kepada kebenaran dan kebahagiaan. Kalau tidak maka akan sakit sekali. Makanya rasanya tak enak di jalan ini. Kadang ingin mau kadang ingin mundur. Kalau benar ingin rasanya cepat sampai dan melihat hasilnya. Tapi kalau salah tak ingin mengikuti jalan ini. Bahkan ingin rasanya cepat berbalik, atau turun dari motor sekalian agar tak ke sana.
“ Sampai, Dik.” kata tukang ojek menyadarkan Riana.
“ O, iya. Makasih, pak.” Riana turun lalu menyodorkan uangnya.
Ia berjalan memasuki halaman. Ia menaiki tangga dan membuka pintu.
“ Mama?”
“ Sayang?” Mama Riana langsung memeluk Riana. Riana tak sempat berekasi. Ia terdiam.
“ Sayang, maafin, mama, ya? Mama nggak bermaksud ngelarang-larang kamu. Mama cuma pingin kamu jadi anak yang jujur dan ngelakuin hal yang terbaik. Mama pingin ngasih yang terbaik. Mama berusaha terus agar masa depan kamu jadi baik dan nggak suram.”
“ Apa mama beneran?”
“ Bener, sayang. Ini semua mama lakuin buat kamu. Maafin, mama kalo ternyata mama kelewatan ya, Sayang?”
“ Iya, Ma. Maafin Riana, juga ya, ma?”
“ Iya, Sayang. Mama juga minta maaf. Kamu mau kan maafin mama?”
“ Pasti, ma.” Riana membalas memeluk mama era-erat.
Bibi Ana memandang dari belakang tersenyum. Tak terasa ia meneteskan mata juga.
“ Ana, makasih ya udah mau rawat anakku.” Kata Bu Yeni.
“ Sama-sama. Riana udah kuaggap anakku sendiri kok.”
“ Ya sudah. Aku sama Riana pulang dulu ya, Ana?”
“ Ya.”
Bu Yeni dan Riana pulang bersama. Kembali ke rumah mereka di kota patria.
Beberapa hari kemudian Riana terlihat mondar-mandir di samping rumah. Ia berjalan bolak balik. Di sampingnya tergeletak foto cowok misterius itu. Ia sudah cari ke mana-mana. Ia Tanya anak-anak SMP Aryapati nggak ada yang tau. Anak SMP Melati, kompleks SMP Pahlawan. Bahkan anak SMA juga tapi nggak ada yang tahu.
“ Siapa sih kau ini?” rutuk Riana.
“Sst…! Riana!” panggil seorang cowok berbisik dari arah gerbang.
“ Langit?” Tanya Riana mengenali wajah di balik terali gerbang. Ia mendekat.
“ Langit? Kenapa kamu di sini?”
“ Aku mau ngajak kamu jalan-jalan. Gimana? Mau kan? Ayo!” Langit membuka celah gerbang sampai cukup dilewati Riana.
“ Ayo!” Langit memegang tangan Riana mau berbalik pergi. Tapi ia merasakan Riana tak bergerak.
“ Ada apa? Ayo cepet. Keburu mamamu tau. Nanti kalo mamamu tau kita bisa dipisahin kayak dulu lagi.”
“ Sori, Ngit. Kita nggak bisa jalan lagi. Hubungan kita nggak bisa diterusin lagi.”
“ Apa maksudmu?”
Riana menarik napas, berusaha mengeluarkan lagu yang selama ini berusaha ia ingin hindari, tapi akhirnya harus ia ucapkan.
“ maafkan aku sayang ku tak memilihmu
Karena kedua orang tuaku tak suka padamu
Maafkan aku sayang ku tak memilihmu
Karena kedua orang tuaku Sangat membencimu …”
Luruh hati Langit mendengar lagu itu. Ia juga tahu lagu itu. Teman-teman sering menyanyikannya waktu mengamen. Tak disangka lagu itu akan keluar dari mulut cewek kesayangannya dengan makna yang sebenarnya. Ia pun membuka mulut.
“ Padahal aku setia kepadamu
Ku menyayangimu hingga akhir waktu
Padahal aku cinta kepadamu
Kan ku ingat selalu kenangan manismu” ….
Setelah lagu d’paspor itu selesai dari lisan Langit, mereka berdua diam.
“ maaf, Ngit. Kita putus aja aja. Ortuku nggak suka kita jalan bareng.”
“ kita backstreet aja. Seperti yang dulu-dulu kita lakuin.”
“ aku nggak mau lagi. Aku capek bohongin ortu terus aku nggak mau lagi kucing-kucingan. Lagian semua yang kita lakuin itu dosa.”
“ apaan tuh dosa? Kamu mau jadi bu haji ya?”
Riana marah besar berbalik meninggalkan Langit. Langit panik memanggil Riana.
“ Rin, sori, Rin. Aku nggak bermaksud ngeledekin kamu. Aku Cuma pingin kita balikan. Ayo kita balikan , Rin. Aku sayang sama kamu Rin. Rin, I love you, Rin.”
Tapi Riana tak peduli. Ia melangkah masuk kembali ke dalam rumah. Sedih juga sih ninggalin pacar, padahal masih cinta-cintanya. Selama ini nggak pernah berantem. Jalan bareng. Tiba-tiba harus putus. Dengan hati hancur ia masuk rumah menutup pintu mengabaikan pacarnya yang memanggil-manggil.
Riana menaiki tangga menuju lantai dua.
“ Aku udah lepasin cintaku, cinta yang amat aku sayangi. Sekarang aku harus minta balasannya. Balasannya harus bagus. Kalau nggak aku bakalan amat sakit.”
Sesampainya di lantai dua riana berjalan ke beranda depan. Di sana ia temukan mama lagi sibuk menjahit baju. Riana dengan muka kusam menemui mama.
“ Ma, mama bisa bantu aku sebentar?” Tanya Riana.
“ Apa sayang?”
“ Mama kenal nggak sama cowok ini?” Riana menunjukkan foto si sumber masalah itu.
Mama melihat itu tersenyum,” Kamu mau tau?”
“ Jadi mama tau?”
“ Tentu. Kalo kamu mau tau siapa dia, mama bisa kenalin sama dia. tapi ada syaratnya.”
“ Apa?”
“ Jangan pacaran lagi. Nanti kalo kamu udah gede mama kenalin. Kalo kamu suka kamu boleh nikah sama dia. baru waktu itu kamu boleh puas-puasin cintamu.”
“ Aku usahain deh.”
“ Ya udah kalo gitu besok kita temuin dia.”
“ Aku tak ingin menjadi matahari yang terik menyengatmu, tapi ingin menjadi air yang menyejukkan dan menyegarkanmu.” Rayu Langit.
“Cie..cie.. mau ikutan raja gombal ya?”
“ Jadi gombal pun aku tak apa asal bisa membuatmu jadi berkilau.”
“ Sayang, jangan nggombal terus dong. Nanti aku terbang nih.”
“ Kalau kamu terbang akan kubukakan gerbang surga untukmu dan kubuatkan jembatan pelangi untuk menyambutmu.”
Makin klepek-klepek deh Riana. Cowoknya ini raja gombal tiap ketemu ada aja puisinya. Apa dia bakalan nyaingin chairil Anwar ya?
Tapi kebersamaan mereka terganggu oleh kemunculan seorang wanita berusia lima puluhan bertubuh gemuk ,tidak sampai bulat lo. Gemuk sedang. Ibu itu berpakaian coklat agak kuning bertotol-totol hitam. Ibu itu berambut lebar. Dia memakai gelang emas. Di bahu kirinya tersampir tas kulit hitam.
“ Riana? Kenapa kamu di sini? Bukannya les malah pacaran!” Hardik wanita itu.
“ Mama? Kenapa mama di sini?” Riana shock dan pucat pasi melihat mamanya di situ.
“ Harusnya Mama yang tanya. Ayo pulang!” mama Riana memegang tangan Riana erat-erat.
“ Mama, jangan, ma! Ma, lepasin aku, Ma!” Pinta Riana. Ia memohon-mohon.
“ Langit, Tolong!” tapi langit tak bisa berbuat apa-apa.
Mama membawa Riana ke tempat parkir. Ia suruh Riana masuk dengan keras. Riana terpaksa nurut. Mereka pulang bersama.
“ Kamu sudah berani bohongin mama,ya? Sejak kapan kamu bohong, ha?
Kamu pamitnya les, tapi nyatanya malah pacaran sama anak nggak jelas itu. Sudah dari dulu mama bilangin jangan deket-deket sama anak siapa itu namanya?”
“ Dia namanya langit, Ma. Dia baik kok.”
“ Diam! Kamu nggak tahu siapa dia sebenernya. Mama tahu anak kayak gitu suka lontang-lantung. Sukanya ngamen, gitaran, tidur di jalanan. Kamu mau kayak gitu?
Kamu itu udah kelas tiga, Ya. Kamu bentar lagi UAN, mau kelulusan terus mau SMA. Kalau kamu kayak gitu terus gimana kamu bisa lulus? Gimana masa depan kamu?”
Riana dongkol saja sepanjang perjalanan. Ia diam dan menangis perlahan-lahan. Ditahannya kata-kata. Karena satu saja nada keluar mulut mamanya akan banyak bicara seperti petasan yang berenteng-renteng itu. Merusak hati merusak telinga.
Mereka sampai di halaman rumah. Mereka keluar dari mobil. Riana masuk duluan ke dalam rumah. Mama masuk belakangan. Di ruang keluarga amarah mama masih berlanjut sampai episode 60. Riana tak tahan lagi segera keluar membawa tasnya.
“ Riana! Mau ke mana kamu? Mama masih belum selesai ngomong! dengerin dulu! Riana! Kembali!”
Riana keluar dari halaman rumah. Ia mencegat taksi. Ia segera naik meninggalkan mamanya. Mama berusaha mengejar tapi taksi itu sudah jauh.
Di dalam mobil Rian mengusapi air matanya dengan kaos birunya. sampai basah. AC taksi menyala membuat ia kedinginan. Maklumlah,cewek-cewek jaman sekarang sukanya pakai hot pant. Sopir taksi melirik-lirik cewek seksi itu biarpun masih kelas 3 SMP.
“ Mau ke mana mbak?” Tanya sopir.
“ Jatimulya, Pak.”
Dengan segera Taksi mengantarkan cewek galau itu ke Jatimulya. Di jatimulya tinggal Bibi Riana. Namanya Bibi Ana Sae. Bibi Ana adalah adik mama. Riana suka ke sana dan sering main. Setibanya di sana Riana membayar taksi lalu keluar. Ia lekas-lekas menemui Bibi Ana. Ketika itu Bibi Ana sedang menginteri gabah dengan tampah.
“ Bibi … “panggil Riana. Ia langung memeluk Bibi Ana.
“ Riana, kamu kenapa, nduk?” Tanya Bibi Ana.
“ Masuk dulu, yuk! Ceritakan ada apa!”
Mereka masuk ke dalam rumah berama. Bibi Ana membawa tampah berisi gabah ke belakang lalu meletakkannya di meja dapur kayu. Lalu bibi membuatkan teh hangat. Ia bawakan teh itu ke depan.
“ Ini. Diminum dulu.”
“ Nah, sekarang ceritakan apa yang terjadi!” kata Bibi Ana.
” Begini, Bi. tadi aku lagi asyik kencan sama Langit, Bi. kami makan bareng. Langit bikin puisi yang baguuus… banget. dia emang jago bikin kata-kata romantis.
Terus lagi asyik-asyiknya kencan, eh, tiba-tiba mama datang. Mama marah-marah. Berantakan deh kencannya. Mama suruh aku pulang. Di jalan mama masih ngomel terus. Sampe rumah masih diterusin lagi kayak betet. Panas telingaku dengerinnya. Aku nggak tahan lagi. Aku tinggalin aja. Biarin aja mama bingung sendiri di rumah. Salahnya sendiri marah-marah terus.
Dasar reseh! Kenapa sih mama suka gangguin aku sama Langit? Dulu mama larang aku pacaran sama Langit. Terus nggak boleh ketemuan, jalan bareng. Sampe backstreet aja nggak boleh. Iiih… sebel! Sebel! Sebel!”
Bibi Ana tidak memotong atau membantah kata-kata Riana walaupun Riana banyak memaki-maki dan ngata-ngatin ibunya sendiri karena Bibi Ana tahu Riana cuma butuh didengerin. Cewek itu butuh pelampiasan dan kesempatan ngomong. Begitu cewek ngomong dan didengerin selesai deh separuh masalah.
“ Ya sudah. Sekarang kamu istirahat dulu. Ada kamar yang bisa kamu pakai.” Saran Bibi Ana.
“ Makasih, Bi.”
Riana langsung pergi ke kamar tidur. Ia menutup pintu dan menguncinya lalu tidur di kasur putih. Bibi Ana memperhatikan Riana sudah tak mendengar, ia menelepon Bu Yeni, mama Riana.
“ Halo, yeni?”
“ Ana? Kamu tahu Riana, nggak? Tadi anak itu langsung keluar dari rumah nggak bilang-bilang. Aku jadi khawatir.”
“ Dia di sini kok. Tenang aja.”
“ Dia di tempatmu? Kalo gitu aku ke tempatmu sekarang ya?”
“ Jangan dulu. Dia masih sebel sama kamu.”
“ Terus?”
“ Aku punya rencana. Dengerin ya?”
“ Oke.”
Sorenya Riana bangun dari tidurnya yang lelap karena capek.ia pergi mandi lalu sholat. Setelah itu ia duduk-duduk di samping rumah. Bibi Ana datang menghampiri. Bibi berjilbab itu duduk di samping Riana.
“ Na, menurutmu Langit gimana?”
“ Dia cintaku satu-satunya ,Bi. Dia cakep, keren. Aku cnta buanget sama dia. Aku nggak mau pisah sama dia. Rasanya pingin deket sama dia…. terus. Sehari nggak ketemu langsung galau.”
“ Berapa lama kalian pacaran?”
“ Berapa ya? 4,5,6 bulan kali. Aku lupa. Pokoknya jalanin aja gitu.”
“ Apa selama itu kamu bolos les?”
“ Nggak juga sih. Kadang kami ketemu di sekolah, di taman. Di tempat les. Dia mau datengin aku di LBB. Cuma kadang-kadang aku nggak mask les. Habis bosen sih belajar terus. Sekali-kali mainlah…”
“ Apa mamamu tahu kalau kalian pacaran?”
“ Jangan sampek deh. Idih amit-amit. Kalo sampek mama tahu aku bias mati.”
“ Kenapa?”
“ Dari dulu mama selalu ngelarang aku pacaran. Katanya inilah itulah. Free sex lah hamil lah, sekolah lah, narkoba lah.
Mama pinginnya aku Cuma belajar.. terus. Nggak boleh pacaran. Nggak boleh banyak main. Makanya mama nyuruh-nyuruh aku les.katanya aku harus belajar biar bisa nerusin sekolah, kuliah, kerja dan … seterusnya..
Makanya aku backstreet aja sama langit.”
“ Waktu mau jalan sama Langit kamu bilang apa sama mama?”
“ Macem-macam. Ada belajar bareng, les, tugas, main sama temen, dan laen-laen.”
“ Apa yang kamu rasain waktu pacaran?”
“ Ya seneng dong. Kan bisa ketemu sama cowok yang aku senengin. Dia juga seneng sama aku. Kami jalan bareng, makan bareng.kami kan saling mencintai. Tapi…”
“ Tapi kenapa?”
“ Setiap kali aku kencan rasanya was-was terus. Ada nggak enaknya. Takutnya ketahuan mama. Jangan-jangan mama nggak sengaja lewat terus aku ketauan gimana? Aku harus ngapain? Kata-kata apa yang harus aku ucapin biar mama percaya.”
“ Nah, itu. Berarti kamu ngerasa nggak tenang kan waktu pacaran. Kamu jadi bohong sama mama bilang mau les, tugas, belajar bareng kenyataannya kamu malah berduaan sama cowok kamu. Kamu nggak tenang kan?”
“ Iya. Tapi mau gimana lagi? Aku sayang sama Langit. Aku cinta sama dia. aku nggak mau pisah sama dia.”
“ Kalo kamu ngerasa nggak tenang itu berarti hati kamu tau itu dosa. Apa kamu tau bohong itu dosa? Apa kamu tau pacaran itu dosa?”
“ Kalo bohong itu dosa aku tau, tapi aku terpaksa. Kalo nggak gitu aku bakalan galau. Tapi masak pacaran dosa sih, Bi?”
Bibi Ana membacakan ayat-ayat Al-qur’an dan hadist yang berbunyi:
“Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh oleh seseorang)” [Al-Israa : 32]
Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia berdua-duaan dengan perempuan yang tidak ada bersamanya seorang muhrimnya karena yang ketiganya di waktu itu adalah setan.”
“Seseorang ditusuk kepalanya dengan jarum besi lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ar-Ruyani di dalam kitab Musnad-nya (227/2)
“ Yaaaaaaaaaah…….. gimana dong? Aku udah terlanjur cinta sama Langit.” Keluh Riana.
“ Sabar, ya, Na? sekarang kamu pikir-pikir dulu baik-baik. Bibi kasih kamu waktu buat merenung dulu. Sementara itu Bibi tinggal dulu buat masak. Sebentar lagi paman Zaini dan Ahmad pulang.”
Riana termangu terus di bangku panjang. Ia menatap ke halaman. Pandangannya kosong membayangkan Langit, Langit yang senyumnya selalu menyejukkan, Langit yang senyumnya putih mempersona dan gokil. Langit yang walau berkulit coklat kribo tapi selalu setia menemani. Sekarang harus ia tinggalkan karena sabda suci Al-qur’an dan hadist.
“ Dosa ya? Tapi nanti cintaku gimana? Aku cinta sama Langit, tapi kalau dosa berarti nanti aku bakalan masuk neraka kalo jalan terus sama dia. Dosanya karena bohong, karena pacaran, karena melawan ortu …”
Keesokan paginya Riana bangun seperti tersengat,” aduh! Hari ini aku harus sekolah. Harus gimana nih? Seragamku, buku-bukuku, sepatuku, PR-PR-ku!”
Riana segera keluar dari kamar mencari Bibi Ana. Ia berjalan ke dapur.
“ Bibi, ada seragam sekolah nggak? Aduh aku lupa bawa seragam dan hari ini harus sekolah.” Kata Riana seperti machine gun.
“ Di ruang tamu.” Jawab Bibi Ana.
Riana berjalan ke ruang tamu. Sesampainya di sana ia terhenti. Ia tercengang seolah melihat sihir. Di sana di kursi panjang sudah ada semua seragamnya putih biru lengan panjang rok panjang berbadge SMP Aryapati 9A. Di sampingnya ada tas, topi, dasi, kaos kaki. Di bawah kursi sepasang sepatu hitamnya yang mungil tersenyum mengkilap.
Riana mendekati seragamnya, mengangkat tasnya. Berat. Berarti ada isinya. Ia buka dan melihat isinya. Buku-buku pelajarannya ada semua sampai alat tulisnya juga.
“ Bibi, kok seragamku ada di sini? Siapa yang bawain?”
Bibi Ana datang,” semalam mama nganter semua itu kemari. Mama kamu udah berborban banyak buat kamu. Mama juga ngerjain tugas kamu. Kamu punya PR kan?”
“ Oh, iya aku punya PR.”
Riana segera membuka tas. Ia mengambil buku PR matematika. Ia buka buku LKS dan butu tulis. Ia lihat buku tulis halaman terakhir. Benar. Di sana sudah ada banyak jawaban soal-soal dengan tulisan tangan. Tulisan itu bukan tulisannya. Itu tulisan mama! Mama ngerjain PR-nya? Itu nggak pernah ada dalam sejarah manapun!
“ Sekarang kamu liat kan? Mama kamu perhatian sama kamu. Mama udah bawain semua. Mama sampe ngerjain PR-PR kamu. Sulit lo buat orang tua ngerjain PR anaknya. Makanya tolong maafin mama kamu. Mama kamu sayang sama kamu, Na. mama kamu selama ini ngelarang kamu pacaran sebab mama nggak pingin kamu kenapa-kenapa. Kamu sering liat kan sekarang banyak cewek-cewek yang nggak perawan? Dari yang SMP, SMA, kuliah sampe artis-artis juga. Apalagi kamu tau Langit itu anak punk yang suka ngamen kemana-mana. Kamu itu lebih baik daripada Langit, na. kamu harusnya dapet yang lebih baik. Jangan turunin harga diri kamu.”
…” Riana ganti baju dulu, Bi, ya?”
Bibi Ana mengangguk. Riana membawa seragamnya ke kamar. Tak lama kemudian Riana kembali muncul dengan seragamnya yang biru putih. Ia kini tengah memakai sepatu. Bibi Ana mendekat membawa foto.
“ Kamu simpen foto ini ya?” kata Bibi Ana.
“ Siapa ini, Bi?” Tanya Riana.
“ Udah. Simpen aja.”
Riana menerima foto itu dengan heran. Ia memandang foto itu. Isinya foto close up cowok. Dia putih, tinggi, memakai jaket hitam dan kemeja coklat.
Siapa sih cowok ini? Nggak kenal!
Riana membawa foto itu ke sekolah. Ia sekolah di SMP Aryapati kelas 9A. Ia sekelas dengan Syria dan Masayu Kusumawardani. di kelas ia tanya teman-teman soal cowok itu.
“ Eh, kamu tau cowok ini nggak?” Tanya Riana.
“ Enggak. Siapa sih itu?” Tanya yang ditanya balik. Kebanyakan begitu. Cowok cewek sama aja. Bahkan Syria malah ngisengin.
“ Masak sama cowok sendiri lupa, sih, Na?” goda Syria.
“ Iya, Rina ini. Udah punya Langit mau cowok laen lagi. Ato itu mantan kamu yang ke-100, Rin.” Imbuh Masayu.
“ Udah! Berisik! Klo nggak tau nggak usah ngeledek!” sergah Riana gusar. Bukannya dibantuin malah digodain.
Teman-teman pergi. Tinggal Riana sendirian di kelas memandangi foto itu.
“ Kamu siapa sih? Jangan main teka-teki. Plis! Aku nggak bisa main detektif. Aku bukan Conan yang bisa mencari semua orang.”
Pukul 12.30 siang Riana pulang sekolah. Banyak anak-anak lain mendahuluinya di jalanan menuju gerbang sekolah. Ia melangkah pelanan menunduk bingung menentukan arah. Langsung ke rumah atau ke rumah Bibi ya?
“ Makasih, Ma. Mama udah ngerjain PR-ku. Tadi aku jadi nggak disetrap. Tapi aku masih belum bisa nerima mama buat gantiin Langit. Aku perlu sedikit lagi bukti kalo mama itu bener-bener sayang sama aku.”
Riana melewati gerbang. Ia berdiri di tepi trotoar. Matahri terik menyinari cewek tinggi semampai langsing itu. Ia menyeka keringat. Wajahnya mulai menggelap ditimpa UV. Riana memandang uang di tangannya. Tadi bibi memberikan uang skau buat biaya pulang sekalian.
“ Pak! Ojek, Pak!” Riana melambaikan tangan.
Riana diam terus di jalan. Semoga keputusan ini tepat. Ia memandangi rumah-rumah di tepi jalan. Semoga ujung jalan ini tepat. Semoga keputusan yang telah dibuatnya benar-benar membawa kepada kebenaran dan kebahagiaan. Kalau tidak maka akan sakit sekali. Makanya rasanya tak enak di jalan ini. Kadang ingin mau kadang ingin mundur. Kalau benar ingin rasanya cepat sampai dan melihat hasilnya. Tapi kalau salah tak ingin mengikuti jalan ini. Bahkan ingin rasanya cepat berbalik, atau turun dari motor sekalian agar tak ke sana.
“ Sampai, Dik.” kata tukang ojek menyadarkan Riana.
“ O, iya. Makasih, pak.” Riana turun lalu menyodorkan uangnya.
Ia berjalan memasuki halaman. Ia menaiki tangga dan membuka pintu.
“ Mama?”
“ Sayang?” Mama Riana langsung memeluk Riana. Riana tak sempat berekasi. Ia terdiam.
“ Sayang, maafin, mama, ya? Mama nggak bermaksud ngelarang-larang kamu. Mama cuma pingin kamu jadi anak yang jujur dan ngelakuin hal yang terbaik. Mama pingin ngasih yang terbaik. Mama berusaha terus agar masa depan kamu jadi baik dan nggak suram.”
“ Apa mama beneran?”
“ Bener, sayang. Ini semua mama lakuin buat kamu. Maafin, mama kalo ternyata mama kelewatan ya, Sayang?”
“ Iya, Ma. Maafin Riana, juga ya, ma?”
“ Iya, Sayang. Mama juga minta maaf. Kamu mau kan maafin mama?”
“ Pasti, ma.” Riana membalas memeluk mama era-erat.
Bibi Ana memandang dari belakang tersenyum. Tak terasa ia meneteskan mata juga.
“ Ana, makasih ya udah mau rawat anakku.” Kata Bu Yeni.
“ Sama-sama. Riana udah kuaggap anakku sendiri kok.”
“ Ya sudah. Aku sama Riana pulang dulu ya, Ana?”
“ Ya.”
Bu Yeni dan Riana pulang bersama. Kembali ke rumah mereka di kota patria.
Beberapa hari kemudian Riana terlihat mondar-mandir di samping rumah. Ia berjalan bolak balik. Di sampingnya tergeletak foto cowok misterius itu. Ia sudah cari ke mana-mana. Ia Tanya anak-anak SMP Aryapati nggak ada yang tau. Anak SMP Melati, kompleks SMP Pahlawan. Bahkan anak SMA juga tapi nggak ada yang tahu.
“ Siapa sih kau ini?” rutuk Riana.
“Sst…! Riana!” panggil seorang cowok berbisik dari arah gerbang.
“ Langit?” Tanya Riana mengenali wajah di balik terali gerbang. Ia mendekat.
“ Langit? Kenapa kamu di sini?”
“ Aku mau ngajak kamu jalan-jalan. Gimana? Mau kan? Ayo!” Langit membuka celah gerbang sampai cukup dilewati Riana.
“ Ayo!” Langit memegang tangan Riana mau berbalik pergi. Tapi ia merasakan Riana tak bergerak.
“ Ada apa? Ayo cepet. Keburu mamamu tau. Nanti kalo mamamu tau kita bisa dipisahin kayak dulu lagi.”
“ Sori, Ngit. Kita nggak bisa jalan lagi. Hubungan kita nggak bisa diterusin lagi.”
“ Apa maksudmu?”
Riana menarik napas, berusaha mengeluarkan lagu yang selama ini berusaha ia ingin hindari, tapi akhirnya harus ia ucapkan.
“ maafkan aku sayang ku tak memilihmu
Karena kedua orang tuaku tak suka padamu
Maafkan aku sayang ku tak memilihmu
Karena kedua orang tuaku Sangat membencimu …”
Luruh hati Langit mendengar lagu itu. Ia juga tahu lagu itu. Teman-teman sering menyanyikannya waktu mengamen. Tak disangka lagu itu akan keluar dari mulut cewek kesayangannya dengan makna yang sebenarnya. Ia pun membuka mulut.
“ Padahal aku setia kepadamu
Ku menyayangimu hingga akhir waktu
Padahal aku cinta kepadamu
Kan ku ingat selalu kenangan manismu” ….
Setelah lagu d’paspor itu selesai dari lisan Langit, mereka berdua diam.
“ maaf, Ngit. Kita putus aja aja. Ortuku nggak suka kita jalan bareng.”
“ kita backstreet aja. Seperti yang dulu-dulu kita lakuin.”
“ aku nggak mau lagi. Aku capek bohongin ortu terus aku nggak mau lagi kucing-kucingan. Lagian semua yang kita lakuin itu dosa.”
“ apaan tuh dosa? Kamu mau jadi bu haji ya?”
Riana marah besar berbalik meninggalkan Langit. Langit panik memanggil Riana.
“ Rin, sori, Rin. Aku nggak bermaksud ngeledekin kamu. Aku Cuma pingin kita balikan. Ayo kita balikan , Rin. Aku sayang sama kamu Rin. Rin, I love you, Rin.”
Tapi Riana tak peduli. Ia melangkah masuk kembali ke dalam rumah. Sedih juga sih ninggalin pacar, padahal masih cinta-cintanya. Selama ini nggak pernah berantem. Jalan bareng. Tiba-tiba harus putus. Dengan hati hancur ia masuk rumah menutup pintu mengabaikan pacarnya yang memanggil-manggil.
Riana menaiki tangga menuju lantai dua.
“ Aku udah lepasin cintaku, cinta yang amat aku sayangi. Sekarang aku harus minta balasannya. Balasannya harus bagus. Kalau nggak aku bakalan amat sakit.”
Sesampainya di lantai dua riana berjalan ke beranda depan. Di sana ia temukan mama lagi sibuk menjahit baju. Riana dengan muka kusam menemui mama.
“ Ma, mama bisa bantu aku sebentar?” Tanya Riana.
“ Apa sayang?”
“ Mama kenal nggak sama cowok ini?” Riana menunjukkan foto si sumber masalah itu.
Mama melihat itu tersenyum,” Kamu mau tau?”
“ Jadi mama tau?”
“ Tentu. Kalo kamu mau tau siapa dia, mama bisa kenalin sama dia. tapi ada syaratnya.”
“ Apa?”
“ Jangan pacaran lagi. Nanti kalo kamu udah gede mama kenalin. Kalo kamu suka kamu boleh nikah sama dia. baru waktu itu kamu boleh puas-puasin cintamu.”
“ Aku usahain deh.”
“ Ya udah kalo gitu besok kita temuin dia.”
Donderdag 30 Januarie 2014
susah move on
Dira datang dengan tergesa-gesa menghampiriku yang sedang duduk sendirian di kantin, sedang menghabiskan sarapan pagiku.
“Eh lo, tumben amat lo jam segini udah ke kampus?” Ujarku begitu dia menyambangi mejaku
“sial. Gue bawa kabar baik nih buat lo,” sahutnya sambil menyambar gelas berisi susu cokelat hangat punyaku. Yah, dia memang suka mencomot makanan atau minumanku tanpa izin.
“Apaan sih?” Tanyaku malas-malasan dan menggeser piring makanku ke sudut meja.
“Ih lo tuh ya, penasaran dikit kek. Nih semalem ada tiga cowok yang nanyain nomer lo gara-gara baca artikel kampus yang majang foto lo. Satu anak sastra, satunya anak sospol dan satu lagi anak antro. Bersyukur lo punya temen anak jurnalis kaya gue, ikutan tenar kan paling enggak,” Cerocosnya dengan penuh semangat.
Entah sejak kapan Dira punya kebiasaan membawa kabar baik tentang cowok-cowok yang tiba-tiba menanyakan nomerku melaluinya. Lama-lama aku jadi curiga, mungkin dia yang mempromosikanku, bukannya para cowok itu bisa langsung bertanya kepadaku?.
“Ah males gue Dir, enggak minat punya pacar.”
“Ih lo itu, dari dulu punya alasan enggak ada kreatif-kreatifnya. Ini antrian laki udah panjang Cit, lo nungguin apa lagi? Tinggal pilih aja lo mau yang mana kan,”
Gara-gara artikel di majalah kampus yang pemimpin redaksinya adalah Dira, tiba-tiba aku jadi mendadak terkenal. Di edisi kemarin, Dira mengulas tentang para mahasiswa kampus yang ikut pertukaran pelajar ke Vietnam selama empat minggu, di situ terpampang jelas profilku, belum lagi edisi beberapa bulan yang lalu yang juga membahas profilku sebagai salah satu enterpreneur muda dan di tambah edisi perdana majalah kampus tahun lalu, wajahku terpampang sebagai covernya, alasannya karena aku high quality jomblo. Dasar iseng Dira itu, Entah bagaimana prosesnya tahu-tahu sudah ada CFC (dan bukan singkatan dari California Fried Chicken) yang merupakan kepanjangan dari Citra Fans Club.
Sudah tidak terhitung banyaknya kiriman bunga atau cokelat atau boneka dari orang-orang yang aku tidak kenal yang terkadang sering kali aku hibahkan begitu saja ke Dira. Cewek lain mungkin sirik berat dan ingin berada di posisiku, tapi aku justru ingin ada yang dengan rela menggantikan aku. Aku tidak tertarik dengan hal-hal semacam ini.
“Gue males aja ah Dir, enggak minat sama yang beginian. Masih betah ngejomblo,” Ujarku memberi alasan
“Eh lo itu udah bertahun-tahun ngejomblo. Nungguin apaan sih? Masih belum bisa move on dari si Reno yang brengseknya luar biasa itu?”
Aku spontan menutup kupingku. Nama itu layaknya barang haram yang tidak boleh di sebut didepanku.
“Please, bisa gak kita enggak usah nyebut-nyebut nama itu?”
“Iya iya iya nona manis, tapi lo masih keinget dia kan mantan lo yang pacarannya dari jaman SMA? Belum bangkit dari dia kan? Dia aja udah enggak keitung pacaran sama berapa cewek sejak abis dari lo. Lo putus juga gara-gara dia selingkuh sama tiga cewek sekaligus kan? Cewek sekampus pula, enggak professional banget cara selingkuhnya. Yang naksir sama lo kan juga banyak Cit, masa dari segitu banyaknya enggak ada yang bikin lo kesengsem. Kalau lo sendiri gak mau usaha buat bangkit ya selamanya lo bakalan kaya gini terus, enggak guna juga meratapi orang yang udah enggak mikirin kita lagi kan.”
Kata-kata Dira masih terngiang jelas di telingaku. Memang aku sudah cukup lama menjadi jomblo, tapi apa iya semenyedihkan itu menjadi jomblo? Itu memang sudah keputusanku, walau tuduhan Dira yang bilang bahwa aku belum bisa move on dari Reno sejak nyaris dua setengah tahun yang lalu tidak sepenuhnya salah. Bayangkan, kami jadi pasangan ideal waktu itu, berpacaran dari SMA selama nyaris empat tahun. Sampai aku menemukan fakta bahwa dia berselingkuh tidak hanya dengan satu orang tapi beberapa orang sekaligus, dan bodohnya mangsanya adalah mahasiswa dari jurusan lain di kampusku. Berlagak jadi playboy tapi salah mencari mangsa, maklum belum professional sepertinya. Tapi di luar kelakuannya yang menyakitkan hati, sisi baiknya selama kami pacaranlah yang membuatku sulit lupa meski tahu dia brengsek luar biasa. Tapi kali ini kuputuskan untuk maju, dan menghapus bersih semua ingatan soal –dia yang tidak boleh disebut namanya- itu.
Dan disinilah aku, di sebuah kafe kecil langgananku. Duduk bersama Satrio, anak satu kampus dari jurusan SosPol, yang dulu dikenalkan Dira. Sejak ceramah panjang lebarnya akhirnya kuputuskan untuk menerima sarannya, mengikuti kencan buta. Dan ini kencan buta yang kesekian kalinya aku jalani. Kencan buta yang selalu di atur oleh Dira. Aku jadi tak sampai hati untuk bilang tidak tiap kali dia bertingkah seperti ini, sahabatku satu itu memang benar-benar serius ingin mencarikan aku pacar baru supaya aku bisa segera MOVE ON dari si brengsek itu.
Dan beberapa kejadian konyolpun terjadi saat kencan buta, diantaranya kencan bersama Fahmi, anak kedokteran yang bawaannya mobil sport Mazda RX-8 serta beberapa mobil mewah lainnya. Heran juga karena setiap kami keluar mobil yang dipakainya selalu saja berbeda. Sampai pada akhirnya di kencan ketiga kami yang membuatku tidak tahan karena dia bawel luar biasa, seperti dua Dira dijadikan satu. Belum lagi tambahan ucapannya yang selalu memamerkan betapa kayanya dia. Bah, mana tahan aku harus pacaran dengan lagi-laki seperti itu.
Ada lagi Reyhan, anak jurusan sastra Belanda, badannya tegap dan atletis, wajahnya-pun bisa di bilang lumayan, yang waktu itu membawaku kencan ke resto Belanda, setelah memesan menu paling spesial disitu dan ketika akan membayar, dia malah berkilah memberi alasan ‘Dompet gue ketinggalan’. Yah kalau masih sekali atau dua kali mungkin aku masih tidak masalah, tapi sampai kencan ketiga kami dia masih saja memberikan alasan yang sama.
Belum lagi Mario, anak jurusan Teknik Sipil yang macho dan tegap tapi aroma badannya juga tidak kalah luar biasanya. Dan cerita-cerita lainnya hingga akhirnya pilihanku jatuh pada Satrio. Satu tingkat diatasku, mahasiswa SosPol tingkat akhir. Kali ini sudah masuk hitungan ketiga untuk kencan kami. Aku punya satu pakem standar kencan, dimana menurutku batas ketika aku ingin melanjutkan hubungan ini adalah terletak di kencan ketiga.
Sejauh ini orangnya cukup oke, tahu cara memperlakukan wanita, tidak bawel, dan yang terpenting dia bebas bau badan. Kami sudah saling rajin ber-sms-an ria dan mulai menebarkan jurus-jurus ala orang yang sedang pedekate hampir satu bulan. Dari segi fisik, dia tampan, badannya tegap, dan tubuhnya proporsional. Yang aku tahu, dia ini juga tergolong aktivis kampus, pernah menjabat sebagai ketua pecinta alam kampusku. Sejauh yang aku tahu, dia punya satu orang adik. Dia sudah lama menjomblo, dan kami punya cukup banyak kesamaan hobi.
“Eh, minggu ini nganggur gak Cit?” Ujarnya di sela-sela makan malam kami
“Kosong sih, kenapa kak?”
“Ah, masih kaku aja lo, gak usah pake panggil kak segala. Kayak baru kenal aja. Kita ke pantai yuk,”
Aku terlonjak kaget sampai nyaris melongo, tahu saja dia betapa aku sangat mencintai pantai, “Boleh, boleh. Dalam rangka apa nih?”
Satrio tersenyum penuh arti dan menatapku, “Soalnya mau ada Family Gathering Cit. Boleh dong gue ngebawa orang yang spesial buat gue,”
Nah lho, nah lho. Ini sih semacam kode banget. tiba-tiba mendadak jantungku berdebar tidak karuan, dugaanku setelah ini…
“Lo mau gak jadi cewek gue? Mungkin emang kecepetan, tapi gak tahu ya Cit, gue nyaman banget sama lo, dan gue sayang sama lo Cit”
JREEEENGGG JREEENGGGG.
Sebenarnya aku senang luar biasa, dan tanpa pikir panjang kuputuskan untuk mengiyakan ajakannya. Resmilah kami jadi pasangan baru.
“Cieeee, udah punya monyet baru nih lo ceritanya?” Ujar Dira yang langsung menghampiriku di Kampus keesokkan harinya.
“Apaan sih? Masa Satria di bilang monyet,” sahutku
“Ah sensi amat nih pasangan baru. Selamet ya nyet, akhirnya lo move on juga. Gue kirain lo emang udah beneran enggak bisa suka sama cowok lagi nyet.”
“Eh sembarangan lo. Gini-gini gue masih belum minat sama sesama jenis ya.”
“Abis ini gue mau buatin buletin edisi “Couples Campus” ah nyet.”
“Ih ngapain banget sih? Gue bukan seleb non, gak pake publisitas begituan ah, ogah gue.”
“Lo inget gak sih? Lo sama dia itu pernah sama-sama mengisi kolom high quality jomblo dan pasti bakal seru banget kalau sampai ada berita tentang bersatunya duo high quality jomblo ini nyet,” Ujar Dira berapi-api. Aku Cuma bisa menggeleng-gelengkan kepalaku melihat tingkah sahabatku satu ini.
Pantai Pangandaran siang ini rasanya berbeda dengan yang terakhir kali aku kunjungi. Dulu yang menemaniku adalah Rheno, tapi sekarang ada Satria disini. Kata Dira, Orang baru selalu membawa sensasi baru ternyata memang benar. Kami datang lebih pagi di banding keluarganya, terlalu pagi malah. Satria bilang ia hanya ingin melihat matahari terbit bersamaku. Isn’t that really sweet, huh? Many thanks to Dira yang sudah memperkenalkan aku dengan orang sebaik Satria.
Kira-kira pukul sembilan pagi, sebuah mobil Avanza berwarna silver yang cukup aku kenali platnya, berhenti di dekat tempat kami akan mengadakan Family Gathering. Jantungku berdebar kencang, pintu mobil terbuka dan yang keluar adalah…
“Dek, kok lo lama banget sih?”
“Iya, macet tadi kak, lo aja yang kecepetan, mana sih pacar baru lo?”
Suara yang sudah sangat ku hapal, dan dia adalah RHENO!! Rheno si brengsek yang sudah membuat aku gagal move on berulang kali akibat ulah brengseknya dia. Tadi dia memanggil Satria apa? Kakak?
“Rhe-no?” Ucapku terbata-bata sambil memberanikan diri menatap wajahnya dengan ekspresi tidak percaya.
“Lho, Kalian Saling kenal?” Ujar Satria kebingungan sambil menatap kami.
“Jadi pacar baru lo Citra bang?”
“Iya dek, eh tapi kayaknya kalian udah saling kenal deh jadi gak usah pake perkenalan lagi ya?” Jawab Satria sambil
tertawa kemudian.
“Kalian adik kakak?” Tanyaku pasrah.
“Iya Hon, aku pernah bilang kan, aku punya adik cowok setingkat sama kamu. Eh enggak tahunya kalian udah saling kenal, kenal dari mana?”
“Tapi kamu enggak pernah bilang kalau adik kamu itu Rheno Aditya dan Rheno juga gak pernah bilang dia punya kakak cowok namanya Satria,” Ujarku panik bercampur lemas.
“Iya dia kan kalau di rumah panggilannya Adit, aku lupa nyebut nama panjangnya. Eh kalian kenal dimana?” Ucap Satria mengulangi pertanyaannya yang belum ku jawab.
“Abang gue kan namanya Satria Ramadiputra, dia dipanggilnya Rama kalau di rumah Cit,” Sahut Rheno tiba-tiba
“Kok bisa kenal sih kalian?” Ulang Satria sambil mengernyitkan dahinya.
Seketika itu aku lemas dan menghembuskan napas panjang. Satu-satunya yang harus disalahkan adalah Dira! Aku ralat ucapanku tadi.
Sial kalau begini jadinya bagaimana aku bisa Move on kalau harus terus bertemu dengan Rheno?
“Eh lo, tumben amat lo jam segini udah ke kampus?” Ujarku begitu dia menyambangi mejaku
“sial. Gue bawa kabar baik nih buat lo,” sahutnya sambil menyambar gelas berisi susu cokelat hangat punyaku. Yah, dia memang suka mencomot makanan atau minumanku tanpa izin.
“Apaan sih?” Tanyaku malas-malasan dan menggeser piring makanku ke sudut meja.
“Ih lo tuh ya, penasaran dikit kek. Nih semalem ada tiga cowok yang nanyain nomer lo gara-gara baca artikel kampus yang majang foto lo. Satu anak sastra, satunya anak sospol dan satu lagi anak antro. Bersyukur lo punya temen anak jurnalis kaya gue, ikutan tenar kan paling enggak,” Cerocosnya dengan penuh semangat.
Entah sejak kapan Dira punya kebiasaan membawa kabar baik tentang cowok-cowok yang tiba-tiba menanyakan nomerku melaluinya. Lama-lama aku jadi curiga, mungkin dia yang mempromosikanku, bukannya para cowok itu bisa langsung bertanya kepadaku?.
“Ah males gue Dir, enggak minat punya pacar.”
“Ih lo itu, dari dulu punya alasan enggak ada kreatif-kreatifnya. Ini antrian laki udah panjang Cit, lo nungguin apa lagi? Tinggal pilih aja lo mau yang mana kan,”
Gara-gara artikel di majalah kampus yang pemimpin redaksinya adalah Dira, tiba-tiba aku jadi mendadak terkenal. Di edisi kemarin, Dira mengulas tentang para mahasiswa kampus yang ikut pertukaran pelajar ke Vietnam selama empat minggu, di situ terpampang jelas profilku, belum lagi edisi beberapa bulan yang lalu yang juga membahas profilku sebagai salah satu enterpreneur muda dan di tambah edisi perdana majalah kampus tahun lalu, wajahku terpampang sebagai covernya, alasannya karena aku high quality jomblo. Dasar iseng Dira itu, Entah bagaimana prosesnya tahu-tahu sudah ada CFC (dan bukan singkatan dari California Fried Chicken) yang merupakan kepanjangan dari Citra Fans Club.
Sudah tidak terhitung banyaknya kiriman bunga atau cokelat atau boneka dari orang-orang yang aku tidak kenal yang terkadang sering kali aku hibahkan begitu saja ke Dira. Cewek lain mungkin sirik berat dan ingin berada di posisiku, tapi aku justru ingin ada yang dengan rela menggantikan aku. Aku tidak tertarik dengan hal-hal semacam ini.
“Gue males aja ah Dir, enggak minat sama yang beginian. Masih betah ngejomblo,” Ujarku memberi alasan
“Eh lo itu udah bertahun-tahun ngejomblo. Nungguin apaan sih? Masih belum bisa move on dari si Reno yang brengseknya luar biasa itu?”
Aku spontan menutup kupingku. Nama itu layaknya barang haram yang tidak boleh di sebut didepanku.
“Please, bisa gak kita enggak usah nyebut-nyebut nama itu?”
“Iya iya iya nona manis, tapi lo masih keinget dia kan mantan lo yang pacarannya dari jaman SMA? Belum bangkit dari dia kan? Dia aja udah enggak keitung pacaran sama berapa cewek sejak abis dari lo. Lo putus juga gara-gara dia selingkuh sama tiga cewek sekaligus kan? Cewek sekampus pula, enggak professional banget cara selingkuhnya. Yang naksir sama lo kan juga banyak Cit, masa dari segitu banyaknya enggak ada yang bikin lo kesengsem. Kalau lo sendiri gak mau usaha buat bangkit ya selamanya lo bakalan kaya gini terus, enggak guna juga meratapi orang yang udah enggak mikirin kita lagi kan.”
Kata-kata Dira masih terngiang jelas di telingaku. Memang aku sudah cukup lama menjadi jomblo, tapi apa iya semenyedihkan itu menjadi jomblo? Itu memang sudah keputusanku, walau tuduhan Dira yang bilang bahwa aku belum bisa move on dari Reno sejak nyaris dua setengah tahun yang lalu tidak sepenuhnya salah. Bayangkan, kami jadi pasangan ideal waktu itu, berpacaran dari SMA selama nyaris empat tahun. Sampai aku menemukan fakta bahwa dia berselingkuh tidak hanya dengan satu orang tapi beberapa orang sekaligus, dan bodohnya mangsanya adalah mahasiswa dari jurusan lain di kampusku. Berlagak jadi playboy tapi salah mencari mangsa, maklum belum professional sepertinya. Tapi di luar kelakuannya yang menyakitkan hati, sisi baiknya selama kami pacaranlah yang membuatku sulit lupa meski tahu dia brengsek luar biasa. Tapi kali ini kuputuskan untuk maju, dan menghapus bersih semua ingatan soal –dia yang tidak boleh disebut namanya- itu.
Dan disinilah aku, di sebuah kafe kecil langgananku. Duduk bersama Satrio, anak satu kampus dari jurusan SosPol, yang dulu dikenalkan Dira. Sejak ceramah panjang lebarnya akhirnya kuputuskan untuk menerima sarannya, mengikuti kencan buta. Dan ini kencan buta yang kesekian kalinya aku jalani. Kencan buta yang selalu di atur oleh Dira. Aku jadi tak sampai hati untuk bilang tidak tiap kali dia bertingkah seperti ini, sahabatku satu itu memang benar-benar serius ingin mencarikan aku pacar baru supaya aku bisa segera MOVE ON dari si brengsek itu.
Dan beberapa kejadian konyolpun terjadi saat kencan buta, diantaranya kencan bersama Fahmi, anak kedokteran yang bawaannya mobil sport Mazda RX-8 serta beberapa mobil mewah lainnya. Heran juga karena setiap kami keluar mobil yang dipakainya selalu saja berbeda. Sampai pada akhirnya di kencan ketiga kami yang membuatku tidak tahan karena dia bawel luar biasa, seperti dua Dira dijadikan satu. Belum lagi tambahan ucapannya yang selalu memamerkan betapa kayanya dia. Bah, mana tahan aku harus pacaran dengan lagi-laki seperti itu.
Ada lagi Reyhan, anak jurusan sastra Belanda, badannya tegap dan atletis, wajahnya-pun bisa di bilang lumayan, yang waktu itu membawaku kencan ke resto Belanda, setelah memesan menu paling spesial disitu dan ketika akan membayar, dia malah berkilah memberi alasan ‘Dompet gue ketinggalan’. Yah kalau masih sekali atau dua kali mungkin aku masih tidak masalah, tapi sampai kencan ketiga kami dia masih saja memberikan alasan yang sama.
Belum lagi Mario, anak jurusan Teknik Sipil yang macho dan tegap tapi aroma badannya juga tidak kalah luar biasanya. Dan cerita-cerita lainnya hingga akhirnya pilihanku jatuh pada Satrio. Satu tingkat diatasku, mahasiswa SosPol tingkat akhir. Kali ini sudah masuk hitungan ketiga untuk kencan kami. Aku punya satu pakem standar kencan, dimana menurutku batas ketika aku ingin melanjutkan hubungan ini adalah terletak di kencan ketiga.
Sejauh ini orangnya cukup oke, tahu cara memperlakukan wanita, tidak bawel, dan yang terpenting dia bebas bau badan. Kami sudah saling rajin ber-sms-an ria dan mulai menebarkan jurus-jurus ala orang yang sedang pedekate hampir satu bulan. Dari segi fisik, dia tampan, badannya tegap, dan tubuhnya proporsional. Yang aku tahu, dia ini juga tergolong aktivis kampus, pernah menjabat sebagai ketua pecinta alam kampusku. Sejauh yang aku tahu, dia punya satu orang adik. Dia sudah lama menjomblo, dan kami punya cukup banyak kesamaan hobi.
“Eh, minggu ini nganggur gak Cit?” Ujarnya di sela-sela makan malam kami
“Kosong sih, kenapa kak?”
“Ah, masih kaku aja lo, gak usah pake panggil kak segala. Kayak baru kenal aja. Kita ke pantai yuk,”
Aku terlonjak kaget sampai nyaris melongo, tahu saja dia betapa aku sangat mencintai pantai, “Boleh, boleh. Dalam rangka apa nih?”
Satrio tersenyum penuh arti dan menatapku, “Soalnya mau ada Family Gathering Cit. Boleh dong gue ngebawa orang yang spesial buat gue,”
Nah lho, nah lho. Ini sih semacam kode banget. tiba-tiba mendadak jantungku berdebar tidak karuan, dugaanku setelah ini…
“Lo mau gak jadi cewek gue? Mungkin emang kecepetan, tapi gak tahu ya Cit, gue nyaman banget sama lo, dan gue sayang sama lo Cit”
JREEEENGGG JREEENGGGG.
Sebenarnya aku senang luar biasa, dan tanpa pikir panjang kuputuskan untuk mengiyakan ajakannya. Resmilah kami jadi pasangan baru.
“Cieeee, udah punya monyet baru nih lo ceritanya?” Ujar Dira yang langsung menghampiriku di Kampus keesokkan harinya.
“Apaan sih? Masa Satria di bilang monyet,” sahutku
“Ah sensi amat nih pasangan baru. Selamet ya nyet, akhirnya lo move on juga. Gue kirain lo emang udah beneran enggak bisa suka sama cowok lagi nyet.”
“Eh sembarangan lo. Gini-gini gue masih belum minat sama sesama jenis ya.”
“Abis ini gue mau buatin buletin edisi “Couples Campus” ah nyet.”
“Ih ngapain banget sih? Gue bukan seleb non, gak pake publisitas begituan ah, ogah gue.”
“Lo inget gak sih? Lo sama dia itu pernah sama-sama mengisi kolom high quality jomblo dan pasti bakal seru banget kalau sampai ada berita tentang bersatunya duo high quality jomblo ini nyet,” Ujar Dira berapi-api. Aku Cuma bisa menggeleng-gelengkan kepalaku melihat tingkah sahabatku satu ini.
Pantai Pangandaran siang ini rasanya berbeda dengan yang terakhir kali aku kunjungi. Dulu yang menemaniku adalah Rheno, tapi sekarang ada Satria disini. Kata Dira, Orang baru selalu membawa sensasi baru ternyata memang benar. Kami datang lebih pagi di banding keluarganya, terlalu pagi malah. Satria bilang ia hanya ingin melihat matahari terbit bersamaku. Isn’t that really sweet, huh? Many thanks to Dira yang sudah memperkenalkan aku dengan orang sebaik Satria.
Kira-kira pukul sembilan pagi, sebuah mobil Avanza berwarna silver yang cukup aku kenali platnya, berhenti di dekat tempat kami akan mengadakan Family Gathering. Jantungku berdebar kencang, pintu mobil terbuka dan yang keluar adalah…
“Dek, kok lo lama banget sih?”
“Iya, macet tadi kak, lo aja yang kecepetan, mana sih pacar baru lo?”
Suara yang sudah sangat ku hapal, dan dia adalah RHENO!! Rheno si brengsek yang sudah membuat aku gagal move on berulang kali akibat ulah brengseknya dia. Tadi dia memanggil Satria apa? Kakak?
“Rhe-no?” Ucapku terbata-bata sambil memberanikan diri menatap wajahnya dengan ekspresi tidak percaya.
“Lho, Kalian Saling kenal?” Ujar Satria kebingungan sambil menatap kami.
“Jadi pacar baru lo Citra bang?”
“Iya dek, eh tapi kayaknya kalian udah saling kenal deh jadi gak usah pake perkenalan lagi ya?” Jawab Satria sambil
tertawa kemudian.
“Kalian adik kakak?” Tanyaku pasrah.
“Iya Hon, aku pernah bilang kan, aku punya adik cowok setingkat sama kamu. Eh enggak tahunya kalian udah saling kenal, kenal dari mana?”
“Tapi kamu enggak pernah bilang kalau adik kamu itu Rheno Aditya dan Rheno juga gak pernah bilang dia punya kakak cowok namanya Satria,” Ujarku panik bercampur lemas.
“Iya dia kan kalau di rumah panggilannya Adit, aku lupa nyebut nama panjangnya. Eh kalian kenal dimana?” Ucap Satria mengulangi pertanyaannya yang belum ku jawab.
“Abang gue kan namanya Satria Ramadiputra, dia dipanggilnya Rama kalau di rumah Cit,” Sahut Rheno tiba-tiba
“Kok bisa kenal sih kalian?” Ulang Satria sambil mengernyitkan dahinya.
Seketika itu aku lemas dan menghembuskan napas panjang. Satu-satunya yang harus disalahkan adalah Dira! Aku ralat ucapanku tadi.
Sial kalau begini jadinya bagaimana aku bisa Move on kalau harus terus bertemu dengan Rheno?
Dinsdag 21 Januarie 2014
3 jugadores del Barcelona
Biodata Jordi Alba
Nama Lengkap : Jordi Alba Ramos
Tempat Lahir : L'Hospitalet de Llobregat, Spanyol
Tanggal Lahir : 21 Maret 1989
Kebangsaan : Spanyol
Posisi : Gelandang
Bermain di Klub : Valencia
Tempat Lahir : L'Hospitalet de Llobregat, Spanyol
Tanggal Lahir : 21 Maret 1989
Kebangsaan : Spanyol
Posisi : Gelandang
Bermain di Klub : Valencia
Jordi Alba Ramos dilahirkan di Barcelona pada tanggal 21 Maret 1989. Pemain dengan tinggi badan 170 sentimeter ini sejak awal memang bermain untuk FC Barcelona (1998-2005). Memilih untuk tidak melanjutkan karier di Barcelona, Jordi Alba bergabung dengan EU Cornella selama musim 2005-2007. Di akhir musim 2006/2007 itulah Jordi Alba hijrah ke Valencia, tetapi bermain hanya satu musim di kesebelasan yang bermarkas di Mestalla itu. Setahun kemudian (2008/2009) Alba justru memperkuat Gimnastic Tarragona di 35 pertandingan sebelum akhirnya kembali ke Valencia di musim 2009/2010. Valencia merasa harus menarik kembali pemain yang satu ini mengingat penampilannya yang menawan di Gimnastic Tarragona. Di Valencialah Jordi Alba bermain sampai La Liga musim 2011/2012.
Jordi Alba membela tim nasional Spanyol sejak tahun 2008, bermain di level UEFA di bawah usia 19 tahun di mana dia bermain selama empat pertandingan yang berakhir dengan Spanyol memenangkan medali emas tahun 2009 di Mediterranenan Games. Dia juga menjadi bagian dari skuad Spanyol dalam FIFA U-20 tahun 2009 di Mesir.
Di turnamen Euro 2012 inilah Jordi Alba menjadi satu-satunya pemain di skuad La Roja yang belum pernah meraih gelar juara. Menanggapi kemenangan timnya atas Italia dan keberhasilannya mencetak gol, Jordi Alba merasa seperti tidak percaya. Dia mengakui bahwa rekan setimnya memang pernah meraih gelar juara sebelumnya, tetapi dirinya baru kali ini, dan dia sangat senang atas raihan prestasi ini. “Saya tidak percaya semua yang barusan terjadi ini,” aku Jordi Alba kepada Telecinco. Bagi Alba, raihan ini adalah hasil kerja keras tim, dan sekaranglah waktunya untuk bersenang-senang dan merayakan kemenangan. “Euro 2012 telah menjadi momen yang sangat baik bagi kami,” demikian Jordi Alba.
Biodata Gerard Pique

Profil Dan Biodata Lengkap Gerard Pique
Informasi Pribadi
Nama lengkap : Gerard Piqué Bernabeu
Tanggal kelahiran : 2 Februari 1987 (umur 24)
Tempat kelahiran : Barcelona, Catalonia, Spanyol
Tinggi : 1.93 m (6 ft 4 in)
Posisi bermain : Bek tengah, bek kanan
Informasi klub
Klub saat ini : Barcelona
Nomor : 3
Karier junior
2001–2004 FC Barcelona B
Karier senior
Tahun Tim Tampil (Gol)
2004– Manchester United 12 (0)
2006–2007 → Real Zaragoza (pinjam) 22 (2)
Barcelona
Tim nasional
2006– Spanyol U-21
Biodata Lionel Messi
untuk mengetahui lebih dekat tentang Lionel Messi, berikut Profil selengkapnya ::
Nama Lengkap : Lionel Andres Messi
Tempat Tanggal Lahir : Rosario , 24 Juni 1987
Klub : Barcelona
Posisi : Penyerang
Negara : Argentina
Awal kariernya di mulai saat ia membela sebuah klub yakni Grandoli yang merupakan klub asuhan Jorge messi yang tak lain merupakan ayahnya sendiri . Kemudian messi pindah klub ke Newell's Old Boys , kemudian barcelona menangkap bakat luar biasa messi lalu menawarinya untuk bergabung .
Bakatnya menjadi perhatian dunia saat ia beraksi bersama tim barcelona senior dan piala dunia remaja pada tahun 2004-2005 . Pada musim pertamanya bersama klub barcelona senior ia berhasil mengantarkan barcelona menjadi juara la liga kemudian pada musim keduanya ia berhasil mengantarkan barcelona menjadi juara la liga dan liga champion .
Banyak sekali pengahargaan yang sudah di raih messi mulai dari pengahargaan sebagai pemain terbaik eropa sampai predikat pemain terbaik dunia , Messi juga menjadi orang yang mengantar Barcelona dalam meraih banyak gelar, dan puncaknya diraih bersama barcelona pada tahun 2009 , semua kejuaraan atau liga yang diikuti oleh klub Barcelona, mereka meraih semua gelar, totalnya sebanyak 6 (enam)
Maandag 20 Januarie 2014
Barcelona es un club de béisbol confiable's
Barca
dropped two points away from home against Levante which could see them
lose the top position in the La Liga. We lie on top with one point ahead
of Real Madrid after the draw but that could all change depending on
how Atletico perform against sevilla later in the night. It was an
extremely difficult struggle especially after going down so early in the
match. Barca found it extremely difficult to break the well organised
defense and whenever we came close the keeper, Navas and defender
Juanfran pulled off out of the world saves. Martino coontinued with his
rotation policy, this time making a number of changes from the side
which started against Getafe midweek. Messi started his first league
game of 2014 and partnered Pedro and Alexis. Cesc, Busquets and Xavi
made the midfield trio. The defense had Montoya, Pique, Mascherano and
Alba guarding the goal infront of Valdes.
Teken in op:
Plasings (Atom)